Sunday 25 December 2011

between holiday and heartstring :)

selamat malam :)
*formal amat yak ? ganti..
met malem !! :DD
hehee . mood saya kayaknya lagi bagus ini .
kok kayaknya ?
hmm, abis dari tadi, seharian ini, mood saya ndak terlalu bagus, galau a.k.a galo bawaannya -,-
bagaimana pun, harusnya mood saya bagus . kenapa ?!
ne, because.. holiday is comiiiing !
yeah \m/
mm-hmm.. today is sunday and today is the first holiday .
start holiday-kuuu, hmm.. ngebosenin .
tadi seharian cuma nonton tv sama nonton drama korea .
judulnya : Heartstring
jujur saja yakk, saya nggak tau apa maksutnya tuh judul ._.
ada yang tau ?
ceritanya tentang cewek sama cowok..
yaah, gitu lhah,
saya cariin blog yang punya postingan sinopsisnya yaa..
. . . . .
aissh, modem saya tiba-tiba me-lemot [?]
ini-ini sudah dapet sinopsisnya..

Heartstring (Korean Movie 2011)

Heartstrings (Korean Movie 2011)
Heartstrings (Korean Movie 2011)
Metrotainment.net – Film drama Korea memang tidak perlu diragukan lagi kehandalannya. Baik dari segi cerita, para pemain, ataupun soundtrack yang menghiasi setiap episodenya. Walaupun menampilkan para aktris dan aktor yang enak dipandang, negeri ginseng ini tidak hanya mengandalkan fisik para pemainnya namun juga mengetengahkan berbagai tema yang unik.
Salah satu tema unik yang menyandangkan genre romantisme percintaan ini adalah Heartstrings. Film produksi MBC ini baru ditayangkan di negara aslinya pada tanggal 29 Juni hingga 16 Agustus 2011 alias masih  diputar di stasiun televisi negeri yang pernah berperang dengan negara tetangganya itu.
Jung Yong Hwa dan Park Shin Hye
Jung Yong Hwa dan Park Shin Hye
Film sepanjang 16 episode ini menceritakan tentang perjalanan cinta dua insan yang sebenarnya telah bertemu dari awal episode namun tidak menyadarinya. Adalah Lee Gyu Won (diperankan oleh Park Shin Hye), seorang gadis yang sedang menempuh perkuliahan di jurusan musik tradisional. Gyu Won memiliki seorang kakek yang amat fanatik akan musik tradisonal. Bagi sang kakek, musik tradisional lebih baik ketimbang Mozart sekalipun.
Di salah satu kelas, Gyu Won yang ceria ini datang terlambat dan ditunjuk untuk maju ke depan kelas dan memainkan gayageum ( alat musik tradisional Korea dengan dua belas senar). Permainannya sebenarnya cukup indah. Tapi seorang murid pria malah tertidur dan mengatakan bahwa ia tidak tahu musik apa yang sedang dimainkan tapi cukup enak untuk membuatnya tertidur. Merasa terhina, Gyu Won pun membenci pria tampan itu.
Universitas mereka akan memasuki umurnya yang ke 100 alias satu abad. Peristiwa yang penting ini akan dirayakan dengan amat meriah. Salah satunya dengan mengundang  para alumni bakan seorang sutradara sekelas Broadway pun akan hadir memeriahkan acara ini. seluruh mahasiswa dari berbagai jurusan pun ikut memeriahkan suasana.
Pada suatu malam, Gyu Won yang sedang berada di Catharsis, di mana The Stupid, sebuah band asal kampusnya sedang manggung. Sewaktu selesai menerima telfon, Gyu Won melihat pria tampan yang tadi menghinanya sedang ditembak seorang gadis. Namun pria itu terlihat sangat angkuh. Bahkan pernyataan cinta sang wanita pun ditolak mentah – mentah lantaran si pria menganggap wanita itu jelek. Gyu Won sangat kesal melihat tingkah pria arogan itu. Bahkan Gyu Won dikiranya akan menyatakan cinta juga. Siapa pria ini? Angkuh sekali..
Begitu Gyu Won kembali ke depan stage, ia mulai melihat penampilan The Stupid, band yang begitu digila – gilai wanita di kampusnya. Gyu Won pun terperanjat ketika mengetahui bahwa pria arogan tadi adalah vokalisnya. Lee Shin (diperankan oleh  Jung Yong Hwa, salah seorang anggota CNBLUE) mulai memperdengarkan suaranya yang indah. Dan Gyu Won pun mulai terpesona.
Namun Gyu Won tidak langsung jatuh cinta. Sikap angkuh Lee Shin sangat membuat dirinya muak. Hingga pada suatu ketika, Gyu Won menantang Lee Shin untuk membuktikan mana yang lebih baik, musik tradisional yang dipelajari Gyu Won ataukah musik modern yang dianut Lee Shin. Siapa pun yang kalah akan menjadi budak bagi sang pemenang selama satu bulan.
Keserasian pakaian Park Shin Hye dan Jung Yong Hwa
Keserasian pakaian Park Shin Hye dan Jung Yong Hwa
Siapakah yang akan menjadi pemenangnya? Lalu bagaimana kericuhan yang terjadi di kampus tersebut setelah sang sutradara Broadway yang angkuh dan banyak maunya itu datang dan malah menyukai Gyu Won?
Cinta dan musik lalu diselingi dengan berbagai adegan komedi serasa membuat film ini semakin lengkap. Penampilan Gyu Won dan Lee Shin yang selalu memakai baju dengan nuansa sama pun seolah menyatakan mereka adalah jodoh. Misalnya pada awal perjumpaan mereka, kedua tokoh yang amat bertolak belakang ini menggunakan baju bernuansa biru. Lalu baju bernuansa pink, abu, dan putih. Mereka terlihat amat serasi.
Ingin melihat keserasian Jung Yong Hwa dan Park Shin Hye? Jangan lewatkan film yang satu ini.
(Angela Kartawijaya)


sumber :  http://www.metrotainment.net/2011/6532/heartstring-korean-movie-2011/

gimana gimana ?
penasaran ?
hmm, di korea ratingnya jelek .
padahal kalo menurutku dramanya lucu lhoo
ndak tau ya, gimana penilaian orang koreaa


hmm..
sudah dulu yaa
semoga liburan kali ini seru !
amin :)

Tuesday 20 December 2011

happy tuesday !

konnichiwa, readers :) *bow

saya datang dengan postingan penuh ceritaa . yaa, biasa saja sebenarnya -__- #GJ detected
gini lhoo, mau cerita kegiatan saya di sekolah sekarang . secara, sekarang kan saya lagi nganggur jayaaa (baca: ndak ada tugas-tugas sekolah) jadi,ke sekolah paling-paling cuma ngerumpi-ria, nge-gosip-rio [?], nonton film \m/, ngabisin duit @kantin, ngabisin air di toilet [?], dan kegiatan-kegiatan kurang bermanfaat lainnya wkwkwk .

mm-hmm, sebenere masih ada satu tugas yang belom selese . tugas biologi, buat KIR . what the hell ? -____________-
aihh, padahal besok sabtu udah terima rapot ~.~

back to nature [?], tadi di sekolah enak-enak saja :D
yaa, emang tadi futsal kelasku kalah sama kelas X-7 :(
2-1 :(( sudahlah ._.
habis liat futsal tadi, ganti nonton film :)
final destination 5 . gilak, bikin mudhek-mudhek perut :o
buat yang punya penyakit jantung, epilepsi, ayan, jangan liat deh ! bisa kambuh nanti..
anyway, ceritanya emang mirip-mirip sama serie yang lalu-lalu . tapi tetep asyik kok liatnya ;]
nah lho ? saya jadi promosi gini ?
harusnya saya dibayar sama bagian promosi film final destination, udah dipromosiin gratis gini :D
hehehe..

yak, cerita apa lagi nih ?
mau cerita apa ? pengalaman ? cinta ? persahabatan ? keluarga ?
haa ?! apa tho ini ?
menggila deh sayaaa x)

hmm, mau ceritaa..
apa yaa ?
hoooh, lagi galau saya >,<
laaalaaaalaaaaaaaaaaaa~~
aiisssshh..
aku-kangen-dia :)
ah sh*t !!
nggak enak banget kangen sama orang yang, akh !!
complicated perasaan saya x(
huwwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa~~
sudah sudah .
menggila segila-gilanya nanti saya .
sudah yaaa .
bye ! :*

Sunday 18 December 2011

Taylor Swift - You Belong with Me :)

You're on the phone with your girlfriend, she's upset
She's going off about something that you said
'Cause she doesn't get your humor like I do

I'm in the room, it's a typical Tuesday night
I'm listening to the kind of music she doesn't like
And she'll never know your story like I do

But she wears short skirts, I wear T-shirts
She's Cheer Captain and I'm on the bleachers
Dreaming about the day when you wake up and find
That what you're looking for has been here the whole time

If you could see that I'm the one who understands you
Been here all along, so why can't you see?
You, you belong with me, you belong with me

Walking the streets with you and your worn-out jeans
I can't help thinking this is how it ought to be
Laughing on a park bench, thinking to myself
Hey, isn't this easy?

And you've got a smile that could light up this whole town
I haven't seen it in a while since she brought you down
You say you're fine, I know you better than that
Hey, what ya doing with a girl like that?

She wears high heels, I wear sneakers
She's Cheer Captain and I'm on the bleachers
Dreaming about the day when you wake up and find
That what you're looking for has been here the whole time

If you could see that I'm the one who understands you
Been here all along, so why can't you see?
You belong with me

Standing by and waiting at your back door
All this time how could you not know?
Baby, you belong with me, you belong with me

Oh, I remember you driving to my house in the middle of the night
I'm the one who makes you laugh when you know you're 'bout to cry
And I know your favorite songs and you tell me 'bout your dreams
Think I know where you belong, think I know it's with me

Can't you see that I'm the one who understands you?
Been here all along, so why can't you see?
You belong with me

Standing by and waiting at your back door
All this time, how could you not know?
Baby, you belong with me, you belong with me

You belong with me
Have you ever thought just maybe
You belong with me?
You belong with me

Saturday 17 December 2011

Taylor Swift - Mean

You, with your words like knives and swords and weapons that you use against me
You have knocked me off my feet again got me feeling like I'm nothing
You, with your voice like nails on a chalkboard, calling me out when I'm wounded
You, pickin' on the weaker man

Well, you can take me down with just one single blow
But you don't know what you don't know

Someday I'll be living in a big old city
And all you're ever gonna be is mean
Someday I'll be big enough so you can't hit me
And all you're ever gonna be is mean

Why you gotta be so mean?

You, with your switching sides and your walk-by lies and your humiliation
You, have pointed out my flaws again as if I don't already see them
I'll walk with my head down trying to block you out 'cause I'll never impress you
I just wanna feel okay again

I'll bet you got pushed around, somebody made you cold
But the cycle ends right now 'cause you can't lead me down that road
And you don't know what you don't know

Someday I'll be living in a big old city
(From: http://www.elyrics.net/read/t/taylor-swift-lyrics/mean-lyrics.html)
And all you're ever gonna be is mean
Someday I'll be big enough so you can't hit me
And all you're ever gonna be is mean

Why you gotta be so mean?

And I can see you years from now in a bar, talking over a football game
With that same big loud opinion but nobody's listening
Washed up and ranting about the same old bitter things
Drunk and grumbling on about how I can't sing

But all you are is mean
All you are is mean and a liar and pathetic and alone in life
And mean, and mean, and mean, and mean

But someday I'll be living in a big old city
And all you're ever gonna be is mean, yeah
Someday, I'll be big enough so you can't hit me
And all you're ever gonna be is mean

Why you gotta be so mean?

Someday, I'll be, living in a big old city
(Why you gotta be so mean?)
And all you're ever gonna be is mean
(Why you gotta be so mean?)
Someday, I'll be big enough so you can't hit me
(Why you gotta be so mean?)
And all you're ever gonna be is mean

Why you gotta be so mean?

Taylor Swift - The Story of Us Lyrics

I used to think one day we'd tell the story of us
How we met and the sparks flew instantly
People would say they're the lucky ones

I used to know my spot was next to you
Now I'm searching the room for an empty seat
'Cause lately I don't even know what page you're on

Oh, a simple complication
Miscommunications lead to fallout
So many things that I wish you knew
So many walls up, I can't break through

Now I'm standing alone in a crowded room
And we're not speaking
And I'm dying to know, is it killing you
Like it's killing me

I don't know what to say since a twist of fate
When it all broke down
And the story of us looks a lot like a tragedy now

Next chapter

How'd we end up this way?
See me nervously pulling at my clothes and trying to look busy
And you're doing your best to avoid me

I'm starting to think one day I'll tell the story of us
How I was losing my mind when I saw you here
But you held your pride like you should have held me

Oh I'm scared to see the ending
Why are we pretending this is nothing?
I'd tell you I miss you, but I don't know how
[ From: http://www.elyrics.net/read/t/taylor-swift-lyrics/the-story-of-us-lyrics.html ]
I've never heard silence quite this loud

Now I'm standing alone in a crowded room
And we're not speaking
And I'm dying to know, is it killing you
Like it's killing me

I don't know what to say since a twist of fate
When it all broke down
And the story of us looks a lot like a tragedy now

This is looking like a contest
Of who can act like they care less
But I liked it better when you were on my side

The battle's in your hands now
But I would lay my armor down
If you'd say you'd rather love then fight

So many things that you wish I knew
But the story of us might be ending soon

Now I'm standing alone in a crowded room
And we're not speaking
And I'm dying to know, is it killing you
Like it's killing me

I don't know what to say since a twist of fate
When it all broke down
And the story of us looks a lot like a tragedy now
Now, now

And we're not speaking
And I'm dying to know, is it killing you
Like it's killing me?

And I don't know what to say since a twist of fate
'Cause we're going down
And the story of us looks a lot like a tragedy now

The end

--

this song remain me to my ex. ugh. but this song is so catchy and great. ILOVEIT.

Taylor Swift - Mine Lyrics

You were in college working part time waitin’ tables
Left a small town, never looked back
I was a flight risk with a fear of fallin’
Wondering why we bother with love if it never lasts

I say "Can you believe it?
As we’re lying on the couch?"
The moment I can see it.
Yes, yes, I can see it now.

Do you remember, we were sitting there by the water?
You put your arm around me for the first time.
You made a rebel of a careless man’s careful daughter.
You are the best thing that’s ever been mine.

Flash forward and we’re taking on the world together,
And there’s a drawer of my things at your place.
You learn my secrets and you figure out why I’m guarded,
You say we’ll never make my parents’ mistakes.

But we got bills to pay,
We got nothing figured out,
When it was hard to take,
Yes, yes, this is what I thought about.

Do you remember, we were sitting there, by the water?
You put your arm around me for the first time
You made a rebel of a careless man’s careful daughter
You are the best thing that’s ever been mine.

Do you remember all the city lights on the water?
You saw me start to believe for the first time
You made a rebel of a careless man’s careful daughter
You are the best thing that’s ever been mine.

Oh, oh, oh

And I remember that fight
Two-thirty AM
As everything was slipping right out of our hands
I ran out crying and you followed me out into the street
Braced myself for the "Goodbye"
‘cause that’s all I’ve ever known
Then you took me by surprise
You said, "I’ll never leave you alone."

You said, "I remember how we felt sitting by the water
And every time I look at you, it’s like the first time
I fell in love with a careless man’s careful daughter
She is the best thing that’s ever been mine."

Hold on, make it last
Hold on, never turn back

You made a rebel of a careless man’s careful daughter
You are the best thing that’s ever been mine.
(Hold on) Do you believe it?
(Hold on) Gonna make it now.
(Hold on) I can see it,
(Yes, yes) I can see it now.

there is a star, when the rain is falling [part III-end]

author : salsabilaa
cast : Ayumi Takashi, Sinichi Kendo, Kira Yamamoto, Sakura Mashiotara
genre : friendship, romance
rating : PG-15 *naik dikit

mm-hmm, my first KB . ide cerita dari.. ehm, gini lho . saya dulu punya cowok -sekarang mah mantan . nah, si mantan saya ini suka sama bintang, sedangkan saya suka hujan . bintang sama hujan kan nggak bisa nyatu tuh, lucu aja kita jadian . trus, baca novel yang ceritanya mirip-mirip saya sama mantan . kalo nggak salah judulnya.. "not just a fairy tale" . lucu :) eh, tapi bukannya saya nyontek ide lhoo . HATE PLAGIAT [!]
oiyaaa, bukannya saya masih ngarep sama mantan . itu sudah berlaluuuuuuu :)
sudah sudah . sebelumnya, gomen kalo jelek, ini kan yang pertama :)
check it out !





Ohayou gozaimasu..” Ayumi Takashi masuk ke dalam kelasnya sambil mengucapkan selamat pagi. “Morning, Sakura-san,” sambungnya menyapa Sakura Mashiotara yang tengah membaca novel di bangkunya.
Hi, Takashi. Sabtu kemarin, kau pulang dengan Kendo?”
“Benar. Kau dan Kira kemana? Sinichi menghubungi kalian tapi tak ada yang menjawab..” jawab Ayumi sambil meletakkan tasnya di meja dan duduk di bangkunya.
“Itu..” wajah Sakura memerah mengingat kejadian kemarin. Tuhan~ apa yang telah ia lakukan?
“Sakura? What’s up?”
“Tidak apa-apa. Kemarin kami membeli soda bersama. Kau sudah mengerjakan tugas dari Takeyama-sensei?” Sakura mengalihkan pembicaraan.
“Mm? tentu sudah! Aku menuliskan karangan tentang hujan sebanyak 7 lembar! Well, bukan menuliskan, mengetik. Tapi itu sudah bagus bukan?”
--
“Yamamoto, pergi kemana kau kemarin Sabtu?” Sinichi bertanya pada Kira Yamamoto yang tengah melamun di salah satu kursi taman sekolah.
“Mm, hanya membeli soda bersama Mashiotara..” jawab Kira dengan nada melamun.
“Kenapa tidak menjawab teleponku?”
“…...”
“Sinichi, apakah bisa kau menyukai seseorang hanya dalam waktu lima menit?” tanya Kira tiba-tiba, out-of-topic.
“Eh? Mm, bisa saja menurutku. Kita tak pernah tahu karena perasaan selalu datang dan pergi begitu saja bukan?” Sinichi menatap Kira heran. “Katamu kau.. menyukai.. Ayumi..” Sinichi berkata dengan susah payah.
“Tidak lagi. Kurasa, aku-menyukai-Sakura. Benar! Aku memang menyukainya! Bukan sejak kemarin! Tapi sejak dulu! Sinichi, terima kasih telah menyadarkanku! Aku kembali ke kelas dulu!” Kira Yamamoto berlari menuju kelasnya dengan diiringi kerutan pada dahi Sinichi.
Tunggu, dia bilang, dia tak lagi menyukai Ayumi, pikir Sinichi. Apakah.. boleh aku menyukainya?
--
“Sakura, mau ke kantin?”
“Boleh,” Sakura menghampiri Ayumi dan berjalan keluar kelas bersama. Belum sampai pintu, Kira Yamamoto masuk ke kelas dengan semangat.
“Sakura, kau mau kemana?” tanya Kira pada gadis di hadapannya.
“Aku mau ke kantin,” Sakura menjawab pelan sambil menunduk. Dia masih malu dengan kejadian kemarin.
“Mm, bagaimana kalau kau ke kantin bersamaku?” tanya Kira yang membuat Ayumi melotot.
“Hey”-Ayumi menghentikan omelannya ketika melihat Sinichi memasuki kelas.
“Ayo ke kantin bersamaku, Kira,” kata Sakura tegas yang membuat Kira tersenyum. Mereka berdua segera pergi keluar kelas.
“Ada apa dengan Kira?” tanya Ayumi pada Sinichi.
“Dia baru saja menyadari perasaannya,”
“Perasaannya? Apakah.. Oh..” mulut Ayumi membentuk huruf ‘O’.
“Kau akan ke kantin? Ayo pergi bersamaku,” ajak Sinichi.
“Bagaimana kalau ke lapangan basket?”
“Untuk apa?”
“Aku ingin bermain basket,”
“Baiklah,”
Lapangan basket terletak agak jauh dari kelas mereka. Hari itu lapangan basket tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa siswa yang sedang bermain ringan.
“Shinto! Aku ikut main!” Ayumi meneriaki salah satu dari anak yang sedang bermain.
“Ayo! Kita kurang satu pemain. Kendo, kau menonton saja,” jawab anak bernama Shinto.
“Aku tahu,” Sinichi menjawab singkat dan duduk di salah satu bangku di sekeliling lapangan.
Sinichi memperhatikan satu-satunya siswi yang tengah bermain diantara para siswa. Ayumi nampak mempesona dengan gerakan-gerakan lincahnya. Beberapa kali gadis itu tertawa lepas ketika salah satu dari mereka terjatuh, terpeleset, atau kejadian konyol lainnya.
“hahaha..” ami kecil tertawa melihat temannya terjatuh.
“kenapa kau mentertawakanku?” ichi bangun dengan kesal.
“kau lucu ketika jatuh. Kau tak perlu memamerkan kemampuanmu. Kita kan masih 6 tahun, tidak aneh kalau belum bisa memasukkan bola ke ring,” jawab ami sok bijak.
“huuh.. kemarin aku bisa kok!”
“itu kan kemarin..” goda ami sambil menjulurkan lidahnya.
“kau menyebalkan, ami!”
“sst.. jangan berteriak seperti itu. Kau jadi seperti anak perempuan tahu..”

“SINICHI!!” Sinichi segera tersadar dari lamunannya dan melihat Ayumi Takashi tengah duduk di sampingnya.
“Mm?”
“Kau melamun!” kata Ayumi yakin.
“Mm..”
“Dasar pendiam! Kau tunggu di sini. Aku akan ke toilet sebentar,”
“Iya..” Sinichi memperhatikan Ayumi yang berlari riang. Tak lama setelah Ayumi memasuki toilet putri, dilihatnya tiga orang siswi masuk ke toilet. Entah mengapa, Sinichi merasakan sesuatu yang janggal. Dengan cepat, dia melangkah ke arah toilet putri.
--
“Ayumi! Sudah kubilang!! Kau jangan dekat-dekat dengan Sinichi!!” Rizuki Ashuma  berteriak pada gadis tinggi di hadapannya. Di kanan-kirinya, Chika dan Mayumi menatap Ayumi dengan wajah jangan-macem-macem-lu.
“Siapa kau? Kau yang kemarin di Shibuya?” tanya Ayumi tenang.
“Kau tak perlu tahu aku siapa, yang penting, Sinichi Kendo adalah milikku!”
“Sinichi tak pernah bilang padaku,”
“Kau.. Kau menantangku Ayumi Takashi?”
“Tidak ada gunanya aku meladenimu. Permisi..” Ayumi melangkah pergi. Tapi Chika dan Mayumi dengan cepat menghadangnya.
“SINICHI KENDO MILIKKU, AYUMI TAKASHI!”
--
“SINICHI KENDO MILIKKU, AYUMI TAKASHI!” Sinichi mendengar teriakan seorang gadis begitu dia mendekati toilet putri.
Sinichi menajamkan telinganya. Dia mendengar perdebatan di dalam. Pasti Ayumi Takashi sedang dikelilingi Rizuki Ashuma dan teman-temannya.
Rizuki Ashuma, tentu saja Sinichi ingat. Gadis itu ditolaknya beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya gadis itu lumayan manis, tidak bodoh, dan sangat kaya. Tapi Sinichi sama sekali tidak tertarik. Sejak saat itu, Sinichi mendengar dari Kira Yamamoto bahwa Rizuki selalu menggencet siswi yang terlihat dekat dengan Sinichi. Selama ini Sinichi hanya diam, karena memang dia tak pernah terlalu dekat dengan seorang gadis. Tapi kini Ayumi Takashi, dia tak mungkin hanya diam mengetahui bahwa mungkin Rizuki tengah melakukan sesuatu yang buruk pada Ayumi Takashi.
Sinichi memperhatikan sekelilingnya, begitu memastikan tak ada mata yang melihatnya, dia melesat masuk ke toilet putri.
--
“Sinichi..” Ayumi berkata sambil mengernyitkan dahi melihat Sinichi Kendo tengah berada di dalam toilet putri.
“Eh.. Hi, Kendo..” sapa Rizuki gugup.
Mengacuhkan Rizuki, Sinichi melangkah dan berdiri di samping Ayumi Takashi.
“Kalian tahu? Kalian tak boleh memperlakukannya seperti tadi,” ucap Sinichi lembut. Tangan kanannya meraih tangan kiri Ayumi dan menggenggamnya.
“Kenapa?” tanya Chika.
“Karena dia adalah pacarku,” jawab Sinichi tenang namun membuat keempat siswi di sekelilingnya terkejut.
“Kendo, kau.. kau berbohong!” teriak Rizuki Ashuma.
“Terserahmu..” Sinichi menggandeng Ayumi keluar dari tempat tersebut.
--
“Kau gila?!” Ayumi berkata heran begitu ia dan Sinichi duduk menenangkan diri di salah satu bangku taman.
“Kenapa?” tanya Sinichi polos.
“Cewek tadi, Rizuka? Rizuki? Oh, entahlah. Dia bisa saja membunuhku kalau kau berkata seperti itu..”
“Tidak akan,” jawab Sinichi ringan.
“Bagaimana bisa kau seyakin itu? Kau tidak melihat si Rizuka tadi? Dia sepertinya bisa membunuh hanya dengan melirik!”
“Kau berlebihan. Tidak seperti itu. Aku justru berkata begitu agar ia tak mengganggumu lagi. Rizuki tidak akan sejahat itu pada pacarku..,”
DEG~ jantung Ayumi tiba-tiba berdetak lebih kencang.
“Apa? Kau tak percaya? Ya sudah..” tanya Sinichi melihat Ayumi yang terdiam.
“Bukan begitu. Hanya saja.. yah, sudahlah. Semoga saja benar. Ayo kembali ke kelas,”
--
“oke. Kutunggu di depan rumahku,” Ayumi meletakkan kembali iPhone-nya. Dia turun dan menemui ibunya.
mom, Sakura akan main ke rumah,”
“temanmu yang manis itu? Baiklah, Mom akan membelikan kue untuknya. Kapan dia datang?”
“Mm, sekitar sepuluh menit lagi,”
Okay,”
--
Sepuluh menit kemudian, Sakura Mashiotara sudah duduk manis di ruang tamu rumah keluarga Takashi. Dia akan menghabiskan pekan dengan Ayumi Takashi.
“Sakura, ayo naik ke kamarku,” ajak Ayumi. Sakura menggangguk dan mengikuti temannya.
Why you not spend your weekend with  your boyfriend?” tanya Ayumi yang duduk di lantai kayu.
“Ah, kau ini. Tidak. Kira sedang pergi keluar kota bersama keluarganya,”
“Ha! Bagaimana Yamamoto itu. Harusnya ini menjadi weekend pertama kalian berdua!”
“Sudahlah. Ayo kita menonton film. Hey, bagaimana dengan Sinichi?”
“Ada apa dengan Sinichi?” Ayumi menoleh ke arah Sakura.
“Oh, ayolah.. aku tau akhir-akhir ini kalian sangat dekat,”
“Hmm, tidak sedekat itu. Lagipula Sinichi baik pada semua orang,”
“Helloo, tapi kau tau bahwa ia berbeda jika sedang bersamamu,”
“Mm… dia mengingatkanku pada masa kecilku,”
“Masa kecil? Sepertinya Kira pernah menceritakan padaku tentang masa kecil Sinichi..”
“Bagaimana?”
“Dia bilang, Kendo dulu memiliki teman kecil yang sangat disayanginya. Tapi, temannya itu tiba-tiba tak pernah muncul lagi,”
--
Sinichi Kendo termenung menatap langit.
Langit yang indah, seindah seseorang.. yang belakangan ini terus-menerus mengingatkannya pada masa kecilnya..
Aku akan menyatakan perasaanku pada Ayumi, kata Sinichi tegas dalam hatinya.
Entah dia ami-chan atau bukan, aku tetap menyayanginya..
Dan akan selalu menyayanginya…
--
“Teman kecil?!” suara Ayumi yang tiba-tiba mengagetkan Sakura yang sedang mengingat-ingat apa saja yang pernah Kira ceritakan padanya.
Hai. Kenapa mukamu terkejut seperti itu?”
“Mm, tidak. Aku hanya.. yah.. begitulah,” jawab Ayumi mengambang. Sinichi Kendo.. Sinichi.. Ichi.. Ichi-kun..
Bolehkah, sekali ini saja ia berharap?
--
Arigatou gozaimasu,” Sakura Mashiotara ber-ojigi di hadapan Nyonya Takashi.
Hai. Sering-seringlah main kemari,” ibu Ayumi mengangguk gembira. Sementara Ayumi di sampingnya hanya terseyum melihat percakapan temannya itu dengan ibunya. Setelah Sakura pergi, dia segera pergi ke kamarnya dan membongkar sebuah kotak. Setelah beberapa saat mengacak mengaduk mencari, segera disentuhnya barang itu pelan, penuh perasaan. [?]
Sebuah kalung bintang..
Kalung berbandul bintang tepatnya. Dia mendapatkannya dari seseorang ketika umurnya 5 tahun. mm-hmm, ichi-kun yang memberikannya. Diperhatikannya kalung itu. Dulu, kalung manik-manik warna-warni itu begitu pas dengannya. Kini, 10 tahun kemudian, rasanya kalung ini mengecil. Tidak mungkin lagi ia memakainya. Padahal, dulu ia berjanji akan selalu menggunakan kalung tersebut kemanapun ia pergi. Ah, janji..
Janji.. dulu, ia berjanji akan selalu bermain bersama dengan Ichi-kun.
Dulu, ia berjanji akan masuk sekolah yang sama dengan Ichi-kun.
Dulu, ia berjanji.. entah sudah berapa banyak janji yang sudah dilanggarnya.
--
Ohayou..” sapa seseorang lembut ketika Ayumi Takashi tengah berjalan pelan menuju sekolah.
Ohayou.. mm, Sinichi-san. Tumben kau berangkat sesiang ini?” tanyaku berbasa-basi. Ayumi merasakan jantungnya berdetak lebih kencang begitu melihat Sinichi Kendo tengah berjalan dengannya.
“Aku kesiangan. Dan kenapa kau berjalan begitu lesu? Bukankah kau biasanya selalu bersemangat?” tanya Sinichi balik pada Ayumi.
Karena semalaman aku memikirkanmu. Karena semalam suntuk aku berharap kau adalah Ichi-kun. Karena aku ingat janji-janjiku pada Ichi-kun. Karena aku.. tapi semua itu hanya Ayumi lontarkan [?] di dalam hatinya. Sebagai gantinya, dia malah menjawab,
“Kurasa aku terlalu banyak sarapan. Hehee..” bohong. Tadi pagi Ayumi Takashi hanya makan selembar roti. Bisa dipastikan dia akan kelaparan selama pelajaran nanti.
--
“Kau sakit, Ayumi-san?” tanya Sakura Mashiotara melihat temannya itu hanya menelungkupkan kepala di meja begitu jam istirahat berbunyi.
“Eumm, tidak. hanya sedang malas saja. Gomen, aku sedang tidak ingi ke kantin,” jawab Ayumi pelan. Mood-nya benar-benar tidak baik.
“Iya, tidak masalah. Tapi, kau tidak apa-apa?” tanya Sakura sekali lagi.
I’m fine. Don’t be afraid,
“Mm. baiklah. Aku ke kantin dulu..”
Selepas Sakura pergi, Ayumi hanya menatap malas keluar jendela. Tampak pemandangan sekolah dari lantai dua. Siswa bergerombol, mengobrol, makan, bersantai, dan.. Sinichi Kendo.
Tiba-tiba Ayumi merasa tenang melihat Sinichi Kendo yang sedang tersenyum pada temannya-laki-laki tentu saja. Melihat Sinichi Kendo baik-baik saja di bawah sana, Ayumi tersenyum lalu menelungkupkan kepalanya ke meja dan tertidur.
--
“Hujan..” ucap Ayumi Takashi pelan sambil menatap ke langit yang mulai dihiasi beribu tetes air. Dia tengah berjalan pelan menuju rumahnya. Tanpa mempercepat langkahnya, dia berjalan tenang di bawah tetes hujan. Dilirik jam tangan-anti air-nya, 7 pm. Dia akan terlambat sampai rumah karena tadi harus mengikuti pelajaran tambahan di sekolah.
“Takashi?” seseorang memanggilnya dari arah belakang. Sinichi Kendo..
“Konbanwa, Sinichi-san,” sapa Ayumi manis. Hujan telah memperbaiki mood-nya.
“Kau tak apa hujan-hujanan begini?” tanya Sinichi dengan nada khawatir.
I’m really fine. Kau tahu? Aku sangat menyukai hujan,” jawab Ayumi sambil menghirup napas dalam-dalam. Dibiarkannya aroma tanah memenuhi rongga hidung mancungnya.
“Kau.. suka hujan? Seperti seseorang..” ucap Sinichi dengan nada melamun.
“Benar. Tapi, seseorang yang kusayangi tak suka pada hujan. Karena hujan, bintang kesukaannya menjadi tak terlihat..” jawab Ayumi dengan nada melamun. *saling melamun ceritanya ._.
DEG~ Sinichi Kendo seketika menghentikan langkahnya dan berkata pelan,
“Ami-chan..” Ayumi Takashi seketika menghentikan langkahnya.
“Ichi-kun..”
Di bawah hujan yang kian deras, dua anak manusia tersebut berdiri saling berhadap-hadapan. Saling menatap dalam. Mengeluarkan rindu yang membuncah..*huluh huluuuh..
“Ayumi, aku menyukaimu,” kata Sinichi tiba-tiba dalam keadaan hening itu. *kecuali suara hujan yaa
What? You? Menyukaiku?” *reaksi Ayumi jelek ya?
Hai. Entah kau ami-chan-ku atau bukan. Aku menyukaimu sejak pertama kali kau menabrakku dulu,”
“Aku.. entah kau Ichi-kun atau bukan. Kurasa, aku telah jatuh cinta padamu,” jawab Ayumi sambil menatap Sinichi. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya,
“Tapi, betapa indahnya dunia ini. Aku Ami-chan-mu, dan aku tahu, kau Ichi-kun-ku..”
Sinichi mengangguk sambil tersenyum, lalu dia mendekatkan wajahnya pada wajah gadis di depannya.
Chup~
Kecupan lembut dari Sinichi membuat wajah cantik Ayumi memerah. Hujan tak mampu menyembunyikan keterkejutan Ayumi. Segera ditundukkannya dalam-dalam wajahnya.
“Hey, kenapa kau menjadi pemalu begitu?” goda Sinichi.
“Siapa juga yang malu?” jawab Ayumi sambil mendongakkan wajahnya. Tiba-tiba ia memekik,
“WAH!!”
“Eh? Ada apa?”
“Lihat itu! Itu bintang!”
“Tidak mungkin! Sekarang sedang hujan!”
“Aku tahu! Tapi lihat itu baik-baik!”
Mereka berdua terdiam sambil memperhatikan ‘sesuatu’ di atas sana yang berkelip dengan indahnya.
“Kurasa.. itu memang sebuah bintang,” ucap Sinichi Kendo.
“Bintang saat hujan! Ini.. keajaiban,”
“Kau benar,” Sinichi menjawab sambil meraih tangan kanan Ayumi dan menggandengnya.
“Jadi, mulai sekarang, kau tidak boleh benci hujan, Ichi-kun. Karena hujan dan bintang bisa bersama,” kata Ayumi riang sambil mulai melangkah.
“Aku tahu. Seperti kita bukan?” jawab Sinichi sambil terus memandang satu-satunya bintang yang terlihat itu. Ayumi Takashi hanya tersenyum mendengar pertanyaan laki-laki di sampingnya.
Ya, kau benar. Kita akan bersama layaknya hujan dan bintang di langit sana..

--the end---


yuhuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu...
selese jugaa :))
gimana gimana gimana ??!
part terakhir ini rombongan yaa . abis kalo dipisah ntar kependekan . jadii yaa begitulah :D
 

there is a star, when the rain is falling [part II]

author : salsabilaa
cast : Ayumi Takashi, Sinichi Kendo, Kira Yamamoto, Sakura Mashiotara
genre : friendship, romance
rating : PG-13

mm-hmm, my first KB . ide cerita dari.. ehm, gini lho . saya dulu punya cowok -sekarang mah mantan . nah, si mantan saya ini suka sama bintang, sedangkan saya suka hujan . bintang sama hujan kan nggak bisa nyatu tuh, lucu aja kita jadian . trus, baca novel yang ceritanya mirip-mirip saya sama mantan . kalo nggak salah judulnya.. "not just a fairy tale" . lucu :) eh, tapi bukannya saya nyontek ide lhoo . HATE PLAGIAT [!]
oiyaaa, bukannya saya masih ngarep sama mantan . itu sudah berlaluuuuuuu :)
sudah sudah . sebelumnya, gomen kalo jelek, ini kan yang pertama :)
check it out !







------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Akhir pekan yang aneh bagi Sinichi Kendo. Entah bagaimana, ia bisa pergi jalan-jalan bersama Kira, Sakura, dan Ayumi Takashi. Dia jarang sekali pergi bersama teman-temannya di akhir pekan. Mungkin hanya sesekali bersama Kira dan teman cowok lainnya. Tapi, Sabtu ini dia akan mengelilingi kota Tokyo bersama ketiga kawannya. Sebenarnya dia malas, tapi melihat wajah Ayumi Takashi yang dengan semangat mengajaknya membuat dia luluh dan membuat Kira tersenyum senang.
--
Hari ini akhir minggu pertama yang dilaluikan Ayumi bersama teman-teman barunya. Dia, Sakura, Kira, dan Sinichi berencana pergi berkeliling Tokyo dan bersenang-senang di taman bermain ataupun pusat game center. Sekitar pukul 7 am, mereka siap dan berangkat menaiki bus kota. 15 menit kemudian, mereka sampai di Shibuya, tempat nongkrong yang digemari anak muda.
“Benarkah ini Shibuya?” tanya Ayumi yang tampak cantik menggunakan jeans biru tua dan kaos orange bertuliskan “I know I’m beautiful”. Karena ini musim semi, bunga-bunga tampak indah bermekaran. Seperti Ayumi yang akhirnya bisa menikmati Tokyo di akhir pekan.
“Benar. Banyak berubah?” jawab Sakura.
“Iya. Seingatku dulu tak seramai ini. Lalu, fasilitas permainannya tidak sebanyak sekarang. Ayo mencoba!” refleks Ayumi menarik tangan Sinichi yang ada di dekatnya lalu menariknya sambil berlari dan menuju ke permainan terdekat. Arena sepatu roda.
“Memangnya kau bisa?”
“Tidak terlalu. Aku pernah belajar sedikit ketika di London. Kau?”
“Aku? Aku pengguna sepatu roda terhebat yang pernah kau temui!”
“Jangan bercanda! Sebaiknya kita cepat mengantri,” mereka mengatri diikuti Sakura dan Kira yang menyusul. Setelah mengantri sekitar 10 menit, mereka mendapat giliran bermain. Sakura seperti lebih baik mengerjakan 100 soal matematika dibanding meluncur seperti ini. Setelah sekali mencoba dan jatuh, dia memutuskan duduk di pinggir untuk menonton. Sedangkan Kira, walau tak sejago Sinichi, setidaknya dia mampu menguasai tubuhnya dan meluncur ke depan-belakang. Sementara itu, Sinichi membuktikan kebolehannya bermain sepatu roda kepada Ayumi.
“Mm-hmm.. baiklah. Kau jago. Tapi tidak yang paling jago. Aku pernah melihat orang yang lebih jago dari pada dirimu di London,”
“Ya ya ya. Lalu, bagaimana denganmu? Coba lihat,”
“Look at me,” Ayumi meluncur turun. Dia mencoba mempraktekkan ilmunya dulu. Awalnya dia meluncur dengan lancar, tapi tiba-tiba kaki kanannya salah arah sehingga dia terjengkang ke depan-nyaris saja dia jatuh- untungnya Sinichi dengan sigap meluncur dan berdiri di hadapannya sehingga dia jatuh menabrak Sinichi namun terlihat seperti sedang memeluk Sinichi >,<
“Haah~ Apakah aku tidak apa-apa?” Ayumi bergumam sambil menimpakan berat tubuhnya pada Sinichi.
Hey, kau berat,” suara Sinichi menyadarkannya. Dia segera mengangkat muka dan menyadari dia menempel pada Sinichi dan wajahnya berada dekat sekali dengan wajah Sinichi. Sinichi menunduk dan menatap Ayumi.
“Ichi-kun! Aku tidak bisa turun,”
“Nah, sudah kubilang kan?! Kau tidak perlu sombong. Cepat turun atau Pak Ukima segera datang!”
“Bagaimana ini? Aku takut!”
“Cepat melompat, aku akan menangkapmu!”
“Memangnya kau kuat? Aku ini berat!”
“Aku tahu! Sudah cepat loncat! Aku akan berusaha!”
Ami kecil melompat dan jatuh tepat di tubuh Ichi. Karena tidak kuat menopang tubuh Ami, mereka berdua akhirnya terjatuh dengan posisi Ami di atas Ichi.
“Ichi-kun, kau tidak apa?”
“Tidak. Aku kan laki-laki. Kau?”
“Tidak apa. Karena ada kau, aku selamat. Terima kasih,”
“Ya. Aku menyelamatkanmu. Lain kali kau harus mendengarkan ucapanku,”

Sinichi segera tersadar dari lamunan masa lalu dan segera bertanya pada gadis di pelukannya.
“Kau tidak apa-apa?”
“Tidak apa. Karena ada kau, aku selamat. Terima kasih,” Ayumi mengucapkan kalimat yang dia ucapkan di masa lalu yang tiba-tiba hadir di benaknya.
“Ya. Aku menyelamatkanmu. Lain kali kau harus berhati-hati,” Sinichi menguraikan pelukan mereka. Dan meluncur menjauh.
“Ichi-kun..,” ucap Ayumi berkata lirih tanpa menyadari apa yang diucapkannya.
“Siapa?” tanya Sakura mendekat.
Nothing,”
“Kau tak apa?”
“Tak apa. Bagaimana kalau kita mencoba permainan lain?”
“Tentu saja! Aku benci sepatu roda. Ayo cepat!”
--
“Sinichi? Kau tak apa?” Kira menghampiri Sinichi yang duduk di dekat pintu keluar arena sepatu roda.
“Memangnya aku kenapa?”
“Kau terlihat pucat,”
“Benarkah? Mungkin hanya kelelahan,”
“Mungkin. Bagaimana kalau kita masuk game center?”
“Aku tidak ingin bermain,”
“Kau ini. Hari ini akhir pekan! Kau harusnya bersenang-senang. Ngomong-ngomong, dimana Takashi dan Mashiotara?”
“Aku tidak tahu,”
“Mm..,”
“Ada apa?”
“Kurasa aku menyukai Takashi,” Sinichi segera menoleh ke arah sahabatnya.
“Kau..?”
“Aku menyukai Takashi,” Kira Yamamoto berkata tegas dan sesuatu yang keras seperti menghantam dada Sinichi.
--
“Rizuki! Lihat itu! Bukankah itu si anak London?” kata seorang gadis kepada kedua teman di sampingnya.
“Benar. Cih, lihat kaosnya! I know I’m beautiful!! Benar-benar harus diberi pelajaran!”
“Sekarang?” tanya gadis satunya.
“Tentu saja! Ayo, Chika! Mayumi, kau ikut tidak?!”
“Mm, aku..”
“Dasar penakut!”
“Baiklah, aku ikut,”
--
“Sakura, aku ingin ke toilet. Kau tunggu di sini sebentar ya..,” kata Ayumi sambil menitipkan tas mungilnya ke Sakura.
“Baik. Aku akan pergi ke toko itu untuk beli minuman sambil menunggumu,” balas Sakura sambil berjalan menyusuri jalan penuh pohon yang berjajar rindang di depan toilet. Ayumi pun masuk ke dalam toilet tanpa mengetahui bahwa ada tiga pasang mata yang memperhatikannya.
--
“Kira, dimana toilet?” tanya Sinichi sambil memperhatikan sekelilingnya.
“Kenapa? Kau kebelet?”
“Iya. Dimana?”
“Mm, sepertinya kau hanya perlu berjalan lurus, lalu ketika ada pohon-pohon berjajar, di sekitar situ ada  toilet wanita, toilet pria berada di samping tapi agak jauh dari toilet tersebut,”
“Baiklah. Tunggu aku sebentar,”
“Sambil menunggumu aku akan membeli soda,”
--
Ayumi masuk ke salah satu bilik tanpa firasat apapun. Setelah selesai, dia membuka pintu toilet tersebut. Tapi, sekuat tenaga dia berusaha, pintu toilet itu tetap tertutup.
“Toloong!” Ayumi mulai berteriak. Tiba-tiba, guyuran air yang berasal dari atas membasahi tubuh Ayumi. Ayumi segera mendongak. Tampak sebuah selang mengeluarkan air banyak sekali.
“Hei!! Siapa di luar?! Hentikan itu!” Ayumi berteriak kembali.
“Ayumi Takashi!” terdengar lengkingan suara seorang gadis yang membuat Ayumi berhenti berteriak.
“Aku hanya mengatakan ini sekali. Jangan dekat-dekat dengan Sinichi Kendo! Dia milikku! Memangnya kau siapa?! Dengan mudah merebutnya!! Tidak akan kubiarkan! Jika kau masih mendekatinya, kau akan mendapat perlakuan lebih buruk dari ini!!” suara gadis itu berhenti lalu terdengar langkah kaki menjauh.
Hening. Ayumi Takashi hanya bisa tercengang di dalam bilik kecil. Gadis tadi pastilah salah satu pengagum Sinichi Kendo, pikirnya. Ah! Itu tidak penting! Yang penting bagaimana dia keluar dari sini?! Dia terkunci sendiri dan basah kuyup. Dia segera berteriak minta tolong,
“Toloooooong!! Help me! Siapapun di luar, tolong aku!” hampir 10 menit Ayumi berteriak-teriak sekuat tenaga. Tapi tak terdengar sesuatu pun dari luar. Suaranya mulai habis, dia lelah dan kedinginan. Akhirnya dia duduk di sudut bilik dan memeluk lututnya. Dia takut. Dia tak pernah suka sendirian. Tiba-tiba kelebatan masa kecilnya muncul..
“ichi-kun, aku takut,” ami kecil berkata lirih.
“ichi-kun, dimana kau? Kau bilang hanya pergi sebentar,” dia mulai menangis.
“ICHI-KUN! Kau dimana?!” dia berteriak frustasi.
“ami-chan! Dimana kau?!” ami mendengar suara ichi di kejauhan.
“aku di sini! Cepat kemari!” ami berteriak dengan sisa kekuatannya.
“Ami-chan, kau tidak apa-apa?” tanya ichi khawatir.
“Aku takut!!” ami menghambur ke pelukan ichi sambil menangis keras.

“ICHI-KUN!!” Ayumi berteriak sekuat tenaga. “SINICHI!!”
--
“SINICHI!!” Sinichi baru keluar dari toilet ketika mendengar sayup-sayup teriakan yang memanggil namanya. Dia segera mencari asal suara tersebut.
“TOLOONG!!” Sinichi mendengar suara itu lagi. Dari toilet wanita, pikir Sinichi. Tak berpikir dua kali, dia segera masuk ke tempat asal suara tersebut.
“Siapa di dalam?” tanya Sinichi hati-hati sambil memperhatikan sekelilingnya. Tampak di hadapannya, sebuah pintu bilik yang tertutup.
“Aku di sini! Tolong aku!” suara seorang gadis terdengar dari bilik tersebut. Sinichi segera berusaha membuka pintu tersebut. Terkunci, pikirnya.
“Kau yang di dalam, mundurlah. Berada sejauh mungkin dari pintu. Aku akan mendobraknya,” kata Sinichi pada gadis di dalam. Gadis itu mengerti dan Sinichi mulai bersiap mendobrak.
BRAKK !!
Pintu bilik terbuka dengan suara mengerikan. Sinichi, yang sudah berada di dalam bilik segera mengetahui gadis yang ditolongnya.
“Ayumi, kau tak apa?”
“Sinichi, aku takut!” ucap Ayumi sambil menghambur ke arah Sinichi.
“Tak apa, Ayumi. Ada aku di sini,” ucap Sinichi menenangkan Ayumi. Diusap-usap kepala gadis yang tengah tersedu di dadanya.
Sekitar lima menit kemudian, tangis Ayumi mereda. Dia melepaskan pelukan Sinichi dan menunduk sambil mengucapkan terima kasih.
Arigatou gozaimasu..”
Iie. Sebaiknya kita keluar dulu,” jawab Sinichi.
“Bagaimana bisa?” Sinichi bertanya pada Ayumi setelah mereka keluar dari toilet. Mereka duduk di bangku di bawah pepohonan.
I don’t know. Aku masuk, lalu ketika akan keluar pintunya terkunci,” jawab Ayumi pelan sambil melingkarkan tangannya ke tubuhnya. Pakaian yang basah membuatnya kedinginan.
“Kenapa bajumu?”
Ayumi terdiam. Dia tidak ingin menceritakan yang sebenarnya pada Sinichi. “Tidak apa. Hanya tidak sengaja tersiram tadi,”
Really?”
Hai. Dimana Kira?” Ayumi mengalihkan pembicaraan sambil menggosok-gosokkan tangannya. Tubuhnya terasa sangat dingin.
“Entahlah. Kau kedinginan?”
“Mm..”
“Pakai ini,” kata Sinichi pelan sambil mengangsurkan jaket miliknya.
“Tak perlu. Nanti kau yang kedinginan. Sepertinya akan turun hujan,” jawab Ayumi sambil menatap langit.
“Hey, bagaimanapun aku ini laki-laki, lebih kuat darimu. Cepat pakai!” ucap Sinichi sambil memakaikan jaketnya pada tubuh kurus Ayumi.
“Hmm, thanks. Bagaimana kalau kita pulang. Ah! Kira dan Sakura! Kemana mereka?”
--
“Mashiotara? Sedang apa kau dibalik pohon seperti ini?” suara Kira Yamamoto mengagetkan Sakura yang sedang mengintip memperhatikan sepasang manusia tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Ara, Kira-san. Tidak sedang apa-apa. Kau?”
“Aku? Aku dari toko itu membeli minuman. Ngomong-ngomong, kau melihat Sinichi?”
“Sinichi? Mm.. sepertinya itu dia,” jawab Sakura pelan sambil menunjuk sepasang manusia yang tadi dia perhatikan.
“Bersama Ayumi?”
“Begitulah..”
“Mm,”
“Kira-san, bagaimana kalau kita pergi? Kurasa mereka berdua sedang tak ingin diganggu,”
“Benarkah? Ee, baiklah. Ayo..” Kira Yamamoto menggandeng Sakura Mashiotara sambil beranjak pergi.
--
“Ayumi, kurasa sebaiknya kita pulang,” Sinichi berkata lembut pada gadis di sampingnya.
“Tanpa Sakura dan Kira?”
“Aku sudah menghubungi mereka. Tak ada satupun yang menjawab,” jawab Sinichi sambil mengecek iPhone di genggamannya.
“Baiklah,”
--
“Sakura-san..”
“Apa?”
“Tidak,”
“Ada apa, Yamamoto?”
“Apakah.. Takashi pernah mengatakan sesuatu tentangku?”
“Maksudmu?” Sakura Mashiotara menoleh dengan cepat pada laki-laki yang tengah berjalan di sampingnya.
“Mm, aku rasa, aku menyukainya. Apakah, menurutmu dia juga menyukaiku?” tanya Kira Yamamoto sambil menatap lurus ke depan.
“Tidak..” jawab Sakura lirih pada dirinya sendiri.
“Apa?” tanya Kira.
“Bukan apa-apa. Mm, kurasa..”
“Kau rasa?”
“Kurasa.. aku menyukaimu,” jawab Sakura dengan nada melamun.
“Kau?”
“Ara! Apa yang baru saja ku katakan?!” Sakura menutup mulut dengan kedua tangannya.
“…..”
“Kira-san, tak usah kau anggap kata-kataku tadi. Sebaiknya aku pulang. Daah..”
Kira Yamamoto hanya terdiam menatap temannya menjauh pergi.
--
“Ini rumahmu?” pandangan Sinichi mengarah ke rumah asri di depannya.
“Benar. Bagaimana kalau kau”-belum selesai Ayumi berkata, terdengar suara ibunya dari dalam rumah.
“Ayumi! Kau sudah pulang? Nah, siapa ini? Teman barumu?” rentetan pertanyaan langsung terdengar setelah Nyonya Takashi sampai di samping putrinya.
“Konnichiwa. Saya teman Ayumi. Sinichi Kendo-desu,” ucap Sinichi sambil berojigi.
“Begitu rupanya. Kau telah mengantar Ayumi pulang, mari mampir ke rumah kami,” ajak Nyonya Takashi riang. Nampaknya sifat riang Ayumi diwarisi dari ibunya, pikir Sinichi.
“Tapi..”
“Sudahlah, ayo masuk,” Sinichi hanya bisa pasrah ditarik oleh Nyonya Takashi. Sementara Ayumi hanya tersenyum kecil melihat Sinichi terlihat pasrah di genggaman ibunya. [?]
--
“Terima kasih banyak, bibi. Saya pulang dulu,” kata Sinichi sopan sambil berojigi.
“Baiklah. Sampaikan salam untuk kedua orangtuamu,”
“Ayumi, aku pulang dulu. Bye,
“Daah..”
--
Ayumi.. ami..
Ayumi.. ami..
Nama yang sangat mirip, pikir Sinichi gelisah.
Sejak kedatangan Ayumi Takashi, hidupnya terasa lebih berwarna. Dan tentu saja, gadis manis itu selalu mengingatkannya pada masa kecilnya.
Sinichi masih ingat hari itu, pertama kali dia mengenal ami-chan. Saat itu dia tengah berjalan menuju rumahnya. Tak sengaja matanya menangkap sesosok kecil yang tengah menangis di pinggir jembatan menuju rumahnya. Segera dihampiri gadis itu.
“kau kenapa?”
“aku tersesat..”
“dimana rumahmu?”
“aku tak tau. Sudah kubilang aku tersesat!” Sinichi kecil menaikkan sebelah alisnya. Gadis ini, sedang kesusahan tetap galak.
“iya iya.. maksudku, rumahmu daerah mana?”
“entahlah. Aku baru saja pindah. Huuu.. huuu..”
“hey, jangan menangis,”
“lalu aku harus bagaimana?!” gadis kecil itu membentak ichi.
“mm, bagaimana kalau kau ikut ke rumahku?”
“untuk apa? Aku tidak kenal denganmu,” balas anak itu galak.
“mm, kalau bagitu mari berkenalan. Watashi wa Ichi-desu,”
“mm? aku ami. Ibuku biasa memanggilku ami-chan,”-
“bolehkah aku memanggilmu ami-chan? Kau boleh memanggilku ichi-kun,” anak itu menatap Sinichi heran.
Belum sempat Ami menjawab, perempuan berumur 30an mendekat.
“ami-chan! Kau di sini rupanya! Ibu sangat khawatir,” ucap perempuan itu sambil memeluk ami.
“ibuuu!! Ami takut sekali..”
--
“ibuuu!! Ami takut sekali..” Ayumi Takashi mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan Ichi-kun.
“tak apa. Ada ibu di sini. Nah, siapa anak laki-laki imut ini?” ibu mengalihkan pandangannya kepada ichi.
“aku teman baru ami. Watashi no namae wa Ichi-desu,” ichi memperkenalkan diri dengan sopan.
“begitu rupanya. Baiklah, Ichi, kami pergi dulu. Cepat pulang! Kau tidak tersesat kan?” ibu berkata sambil menggandeng tangan ami.
“tidak. Aku pulang dulu, ami-chan. Kapan-kapan kita bermain sama-sama ya?” Ichi kecil melangkah perlahan.
Sejak saat itu, Ayumi kecil selalu pergi ke kompleks perumahan tempat dia tersesat dan bermain bersama Ichi. Begitu terus selama 2 tahun. Hingga suatu hari, ayah Ayumi yang seorang arsitek dipindah tugaskan keluar negeri. London tepatnya. Tanpa sempat berpamitan pada teman akrabnya, Ayumi pergi. Sejak saat itulah, dia tak pernah lagi mengetahui kabar Ichi.
Tumbuh di London, dia baru menyadari betapa bodohnya ia tak pernah menanyakan nama lengkap Ichi. Dia hanya tahu, sahabatnya itu senang dipanggil Ichi-kun. Sebenarnya Ayumi pernah beberapa kali berkunjung ke rumah Ichi, tapi ia memanggil ibu Ichi dengan ibu Ichi. Dia juga tidak ingat apa nama keluarga Ichi.
Mungkinkah ia Sinichi Kendo?
Ayumi tahu ia tidak boleh terlalu berharap. Apalagi berharap Ichi masih mengingatnya, mengenalnya. Ia tahu, ia ingat, dulu ia yang telah pergi begitu saja. Jika seandainya Sinichi atau siapapun itu telah melupakannya, apa lagi yang bisa ia lakukan?
Tentu saja, jauh di lubuk hatinya dia mengakui bahwa dia telah jatuh cinta pada Sinichi Kendo. Terlepas dia Ichi-kun atau bukan, Ayumi selalu merasa bahagia setiap berada di dekat Sinichi. Laki-laki itu seperti memberi energi positif terhadapnya. Walaupun baru satu minggu ini dia mengenalnya, tapi Ayumi merasa telah lama mengenal Sinichi. Dan kenyataan inilah yang membuatnya berharap bahwa Sinichi Kendo adalah Ichi-kun-nya..


-to be continue-

part 2 nih . gimana ??
gomenasai banget kalo nggak dapet feel-nyaaaa :(

there is a star, when the rain is falling [part I]

author : salsabilaa
cast : Ayumi Takashi, Sinichi Kendo, Kira Yamamoto, Sakura Mashiotara
genre : friendship, romance
rating : PG-13

mm-hmm, my first KB . ide cerita dari.. ehm, gini lho . saya dulu punya cowok -sekarang mah mantan . nah, si mantan saya ini suka sama bintang, sedangkan saya suka hujan . bintang sama hujan kan nggak bisa nyatu tuh, lucu aja kita jadian . trus, baca novel yang ceritanya mirip-mirip saya sama mantan . kalo nggak salah judulnya.. "not just a fairy tale" . lucu :) eh, tapi bukannya saya nyontek ide lhoo . HATE PLAGIAT [!]
oiyaaa, bukannya saya masih ngarep sama mantan . itu sudah berlaluuuuuuu :)
sudah sudah . sebelumnya, gomen kalo jelek, ini kan yang pertama :)
check it out !







------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“ami-chan, apa yang sedang kau lakukan?”
“aku sedang melihat hujan, ichi-kun,”
“memangnya apa bagusnya hujan?”
“kau tidak tahu? Coba lihat! Betapa menakjubkannya hujan. Jutaan rintik air jatuh begitu saja secara bersamaan. Lalu, bau hujan sangat.. sangat menenangkan,”
“bukankah kita baru berusia 6 tahun? Darimana kau mendapat kalimat seperti itu?”
“dari buku..”                                           
“mm-hmm. Tentu saja. Kau suka membaca..”
“jadi?”
“apa? Aku tidak suka hujan,”
“kenapa?”
“karena hujan, bintang menjadi tidak terlihat..”

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
10 tahun kemudian, di salah satu ruangan SMA Sakuragi, Tokyo..

“Sinichi! Apa kau sudah dengar berita bagus?”
“apa?” anak bernama Sinichi Kendo itu terlihat tidak bersemangat.
“sekolah kita akan kedatangan murid baru!”
“apa bagusnya, Yamamoto?”
“kau ini! Katanya, murid kali ini seorang siswi cantik pindahan dari London!”
“mm-hmm..”
“dan katanya, siswi itu akan masuk di kelas kita!”
“mm-hmm..”
“kau payah! Dari tadi hanya mm-hmm, mm-hmm. Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Ah! Aku tahu. Besok tanggal 1 November. Kau pasti memikirkan teman kecilmu itu bukan? Sudahlah, bukankah ini sudah tahun ke-10? Lagipula kau bahkan tidak tahu nama lengkapnya. Di sekelilingmu banyak gadis cantik. Kau tidak perlu memikirkan orang yang belum tentu memikirkanmu. Lagipula, kau lumayan tampan, walau masih tampan aku. Kalau kau mau, kau bisa berkencan dengan Mia Sanaka dari 2-1!”
“kau cerewet, Kira Yamamoto. Asal kau tahu, semua pasti sepakat kalau aku jauh lebih tampan darimu. Pergi sana!”
Karena orang yang kau pikirkan belum tentu memikirkanmu..
Mendengar ucapan Kira membuat Sinichi sadar. Benar. Tidak seharusnya aku terus-terusan memikirkan hal tak penting di masa kecilnya..
---
Tadaima!”
“kau sudah pulang Ichi. Cepat ganti baju. Ayo makan bersama ibu dan Chiro!”
“Baik, Bu,”
 “Ayah kapan pulang?” tanya Chiro, adik laki-laki Sinichi.
“Ayahmu akan pulang nanti malam. Kau tahu sendiri, sudah menjadi tanggung jawab ayahmu untuk ikut serta seminar tentang perabotan atau apalah itu,” Takashima Kendo, 45 tahun, ayah Sinichi, adalah seorang arsitek yang terkenal di kalangan pertisius Jepang. Sedangkan ibu Sinichi adalah Mizuki Kendo. Wanita berusia 40 tahun yang bekerja sebagai penulis. Keluarga Kendo hidup berkecukupan di salah satu sudut kota Tokyo.
Selesai makan, Sinichi naik dan mempelajari pelajaran yang baru saja di sekolah. Dia bukan murid yang rajin, dia hanya belajar jika ingin-tentu saja dia jarang ingin belajar-jika ada PR, dan jika besok ulangan. Namun, nilai-nilai yang dia dapatkan cukup untuk membuat peringkatnya berada di sekitar angka 1-5. Dengan peringkat yang bagus, wajah tampan, tubuh yang atletis, membuat Sinichi cukup populer di kalangan para siswi. Tapi, tak satupun dari para siswi yang catik itu dapat membuatnya jatuh hati. Entah mengapa, hingga sekarang dia selalu terbayang anak perempuan cantik teman masa kecilnya.

“ichi-kun, kau mau mengajariku memanjat pohon?”
“untuk apa? Kau ini anak perempuan,”
“aku tahu. Tapi aku iri sekali melihatmu bisa memanjat pohon,”
“aku tidak iri melihatmu pintar merangkai bunga,”
“untuk apa kau iri? Kau anak laki-laki,”
“ha! Kau tahu itu. Lagipula, bagaimana aku mengajarimu?”
“tunjukkan saja bagaimana caramu meraih dahan, menjejakkan kaki, dan lainnya..”
“baiklah. Begini caranya..”
--
Sinichi terbangun setelah mendengar kokok keras ayam jantan yang berasal dari jam bekernya. Setelah benar-benar bangun, dia mandi kemudian memakai seragam sekolahnya. Dia keluar kamar sambil melirik jam bekernya. 6 am. Rupanya dia bangun terlalu pagi. Dia biasa mulai sarapan pukul 6.15 kemudian pukul 6.30 pergi ke sekolah. Tak apalah, daripada terlambat bangun.
---
“Ayumi Takashi! Wake up! Apa kau ingin terlambat pada hari pertamamu?!”
“Hmmph.. akuh mengyantukh, Ibu.. Hoaaammmm..”
“Sudah jam 6! Bangun kubilang!”
30 menit kemudian, Ayumi Takashi sudah siap untuk berangkat sekolah. Wajahnya yang cantik tampak manis dengan seragam barunya. Setelah berpamitan pada kedua orangtuanya, dia melangkah riang. Perlahan ia menarik napas dan menghembuskannya. Udara pagi kota Tokyo, pikirnya. Sudah banyak yang berubah dari ibukota Jepang ini. Sudah berapa lama aku meninggalkan kota ini? 5 tahun? 10 tahun? Ah, apakah dia masih ingat denganku?
Ayumi terus melangkah sambil melamunkan masa kecilnya di Tokyo. Tanpa sadar, dia menabrak seorang pejalan kaki lain.
I’m sorry, saya tidak sengaja. Maafkan saya,” ucapnya dengan logat asing.
“tak apa. Sebaiknya kau berhati-hati jika berjalan,” orang yang dijawabnya langsung menyahut sambil berbalik menghadapnya.
“sekali lagi maafkan saya,” ucap Ayumi sambil berojigi. Ketika berdiri lagi, dia melihat orang yang ditabraknya sedang memperhatikannya.
what’s up? Mm, ada yang salah?” tanya Ayumi langsung.
iie. Mm, apakah kau siswi SMA Sakuragi?”
“Begitulah. Tapi aku pindahan. Hari ini hari pertamaku,”
“Pantas saja aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Aku siswa SMA Sakuragi juga,” kata anak laki-laki seumurannya sambil menunjuk badge di seragamnya.
That’s good. Bagaimana kalau kita berangkat bersama?” tanya Ayumi semangat mengetahui anak laki-laki di hadapannya adalah siswa SMA Sakuragi.
“Benar. Ayo jalan. Kau tentu tak ingin terlambat di hari pertamamu bukan?”
Of course..”
“Hey, siapa namamu?”
“Ayumi Takashi. Kau?”
“Sinichi Kendo..”
--
Minna-san, seperti yang kalian ketahui, hari ini kelas 2-4 kita kedatangan murid baru. Dia pernah tinggal di Jepang tapi beberapa tahun yang lalu pindah ke London. Silahkan perkenalkan dirimu,” Sunabe-sense, guru bahasa Inggris sekaligus wali kelas 2-4 berdiri di depan kelas bersama seorang gadis cantik.
Ohayou gozaimasu. Hajimimasite. Watashi wa Ayumi Takashi-desu. Seperti yang dijelaskan Mr. Sunabe, I’m from Japan. Tapi saya sekeluarga pindah ke London sepuluh tahun yang lalu. Mohon maaf jika dalam berbicara, masih bercampur dengan bahasa Inggris. Jadi, saya mohon bantuannya. Douzo yoroshiku onegaisimasu..” Ayumi menyudahi perkenalan singkatnya dengan berojigi.
“Jadi begitu, minna-san. So, please help her in our school. Takashi, kau bisa duduk di meja sebelah jendela itu. Alright. Let’s start our subject..
Ayumi duduk dan memperhatikan sekelilingnya. Beberapa langkah dari bangkunya, Ayumi melihat Sinichi Kendo sedang melihat ke arahnya. Dengan tersenyum, Ayumi melambaikan tangan.
--
“Jadi sebelum tinggal di London kau tinggal di Tokyo?”
“Yeah. Aku lahir di Indonesia, karena ibuku orang Indonesia. Lalu ketika berumur 4 tahun aku pindah ke Tokyo. Tapi itu sudah lama sekali. Aku tidak ingat di daerah mana dulu aku tinggal,” Ayumi dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-teman barunya. Mereka dengan antusias berkenalan dengannya. Tentu saja, dengan embel-embel ‘dari London’ membuatnya jadi bahan pembicaraan di seluruh sekolah.
--
“Sakura, kau mau menunjukkan jalan ke kantin padaku?” tanya Ayumi pada gadis yang duduk di bangku sampingnya.
“Tentu saja. Kau terlihat lapar,”
“Mm. Padahal tadi pagi aku sarapan banyak. Apa karena sepagian ini aku menjawab pertanyaan anak-anak?”
“Mungkin,”
Ayumi memperhatikan gadis yang berjalan di sampingnya. Sakura Mashiotara. Manis dan berkacamata. Bertubuh langsing, tapi tidak terlalu tinggi. Lebih tinggi Ayumi sekitar 10cm. Dia terlihat baik, pikir Ayumi.
“Hah, pasti mereka lagi,” Sakura bergumam.
What’s up?” tanya Ayumi.
“bukan apa-apa. Hanya segerombolan siswi tidak jelas,” jawaban Sakura membuat Ayumi menaikkan alis. Tampak sekelompok siswi sedang berusaha menarik perhatian seorang siswa yang sedang makan bersama temannya.
“Bukankah itu Sinichi?” Ayumi menunjuk siswa yang sedang makan bersama temannya.
“Iya, Ayumi. Dia Kendo,”
“Kalau begitu, ayo makan bersamanya,” Ayumi membeli makanan, dan berjalan menuju meja Sinchi.
“Hai, Sinichi! Hai, Yamamoto! Bolehkah kami makan bersama kalian?”
“Tentu saja. Silahkan duduk, Takashima, Mashiotara,” jawab Kira ramah sedangkan Sinichi hanya tersenyum dan mengangguk.
Mereka berempat makan sambil berbincang riang. Tampak jelas murid-murid lain penasaran dengan ‘anak dari London’. Apalagi gerombolan siswi yang sebelum kedatangan Ayumi sedang menarik perhatian Sinichi. Beberapa dari mereka terlihat jengkel.
“Siapa sih dia? Sok akrab dengan Kendo..”
“Dia anak dari London itu. Memangnya kenapa kalau dia dari London? Bukankah dia juga orang Jepang? Bahkan katanya dia kelahiran Indonesia! Bukankah itu negara yang sering terjadi bencana? Dengan sesuka hatinya dia duduk bersama Kendo!”
“Benar! Enak saja dia dengan mudahnya menyerobot idola kita!”
“Ashuma, kau harus melakukan sesuatu!”
“Tenang saja. Aku akan membuatnya tidak bertindak seenaknya sendiri,” gadis manis bernama Rizuki Ashuma tersenyum licik sambil melirik ke arah Ayumi.
--
“Mom, aku pulang!”
“Bagaimana hari pertamamu?”
Fine. Mereka semua baik dan menyenangkan,”
“Tentu saja. Kau pikir mereka akan mengucilkanmu?”
“Bukan begitu, Mom..”
Yeah. I know,”
Where is dad?”
“Ayahmu sedang pergi ke proyek barunya di daerah Nagoya. Bersama arsitek dari Tokyo,”
“Baiklah. Aku naik dulu, Mom,”
“Ya. Segera ganti baju lalu makan siang,”
Okay,”
Seusai makan siang, Ayumi ingin berjalan-jalan di sekitar tempat tinggal barunya. Setelah meminta izin kepada ibunya, dia mengeluarkan sepeda mini-nya dan mulai mengayuh di jalanan. Tak jauh dari rumahnya, seseorang menyerukan namanya,
“Takashi!” Ayumi mengerem sepedanya dan melihat Kira Yamamoto berlari ke arahnya.
Hi, Kira!”
Hi, Takashi. Apa kau sedang berkeliling?”
“Begitulah. Kau?”
“Rumahku di sekitar sini. Tadi aku hanya ingin mencari udara segar,”
“Bagaimana kalau kau menemaniku mengelilingi kota Tokyo? Aku sudah lama tidak menjelajahi kota ini..”
“Ide yang bagus. Kalau begitu biar aku yang memboncengkanmu,”
Akhirnya Ayumi duduk manis di boncengan sepeda Kira. Mereka tidak berkeliling terlalu jauh, hanya di sekitar kompleks perumahan mereka. Tiba-tiba, melintas Sinichi Kendo di bayangan Ayumi.
“Kira, apakah kau tahu rumah Sinichi?”
“Tentu saja. Aku kan sahabatnya,”
“Dimana?”
“Tidak terlalu jauh dari kompleks kita. Mungkin hanya sekitar 200 meter,”
“Bisakah kau mengantarku ke sana?”
“Untuk apa?”
“Aku hanya ingin melihat. Cukup melintas saja..”
“Hmm.. Baiklah,”
Tak lama, mereka memasuki jalanan rumah Sinichi. Entah mengapa, pikiran Ayumi melayang ke 10 tahun yang lalu..
“ami-chan, bagaimana kalau kita bermain petak umpet?”
“tidak mau,”
“kenapa?”
“Kau bilang rumahmu di sekitar sini. Tentu kau sangat mengenal daerah sini. Sedangkan aku?”
“tapi bukankah kau beberapa kali bermain di sini?”
“Tidak mau. Aku tidak suka bermain petak umpet,”
“kenapa?”
“aku tidak suka sendiri..”

“Takashi! Halooo..”
“Ah! What’s up, Kira?”
“Kau melamun?”
“Mm, hanya teringat sesuatu,”
“Mm-hmm.. liat itu! Rumah bercat putih itu adalah rumah Sinichi,”
“Yang berpagar hitam itu?”
“Benar. Ayah Sinichi adalah arsitek. Maka jangan heran kalau rumahnya bagus,”
“Rumahnya memang bagus. Terlihat asri dan nyaman,”
“Memang rumahnya sangat nyaman. Aku selalu betah bermain di sana. Apakah kau ingin mampir?”
“Tidak perlu. Sebaiknya kita segera pulang jika tidak ingin aku dimarahi ibuku,”
“Baiklah,” Kira mengayuh sepeda menjauhi kompleks rumah Sinichi. Sepanjang perjalanan pulang, Ayumi terus-menerus memikirkan kenapa kenangan masa lalunya muncul saat dia memasuki jalanan rumah Sinichi.
Hey, Takashi. Dimana rumahmu?”
“Lurus saja. Nanti ada rumah putih pagar hitam di pojokan, itulah rumahku,”
“Itu?”
“Benar.
Nah, kita sampai! Terima kasih telah menemaniku bersepeda. Arigatou gozaimasu,” ucap Ayumi sambil berojigi.
Iie. Kalau begitu aku pulang dulu. Daaah..”
Bye,”
Ayumi segera masuk ke halaman rumahnya. Dia meletakkan sepeda di garasi. Lalu melangkah ke halaman samping. Di sana ada sebuah pohon jambu yang rindang. Dengan mudah, Ayumi memanjat pohon itu dan duduk di salah satu dahannya.
--
“Ichi, sampai kapan kau duduk melamun di pohon seperti  itu? Lebih baik kau membantu ibu menyiram tanaman,”
“Memangnya sekarang jam berapa?”
“Sudah pukul 4pm. Ada apa?”
“Tak apa-apa,”
“Kalau begitu cepat bantu Ibu menyiram tanaman. Bukankah kau tidak suka hujan? Maka kau harus bersyukur karena hujan tidak turun dengan membantu Ibu menyiram tanaman,”
“Apa hubungannya, Ibu?”
“Sudah tidak usah cerewet. Cepat bantu ibu..”
--

-to be continue-

gimana-gimana ?
bagus ? jelek yaaaaaaaach ? :(
mm-hmm.. bagus ato nggak, saya lanjut nge-post part selanjutnya aja yaa
hehehehe *tidak tahu diri