author : salsabilaa
cast : Ayumi Takashi, Sinichi Kendo, Kira Yamamoto, Sakura Mashiotara
genre : friendship, romance
rating : PG-15 *naik dikit
mm-hmm, my first KB . ide cerita dari.. ehm, gini lho . saya dulu punya
cowok -sekarang mah mantan . nah, si mantan saya ini suka sama bintang,
sedangkan saya suka hujan . bintang sama hujan kan nggak bisa nyatu tuh,
lucu aja kita jadian . trus, baca novel yang ceritanya mirip-mirip saya
sama mantan . kalo nggak salah judulnya.. "not just a fairy tale" .
lucu :) eh, tapi bukannya saya nyontek ide lhoo . HATE PLAGIAT [!]
oiyaaa, bukannya saya masih ngarep sama mantan . itu sudah berlaluuuuuuu :)
sudah sudah . sebelumnya, gomen kalo jelek, ini kan yang pertama :)
check it out !
“Ohayou gozaimasu..” Ayumi
Takashi masuk ke dalam kelasnya sambil mengucapkan selamat pagi. “Morning,
Sakura-san,” sambungnya menyapa Sakura Mashiotara yang tengah membaca novel di
bangkunya.
“Hi, Takashi. Sabtu
kemarin, kau pulang dengan Kendo?”
“Benar. Kau dan Kira kemana?
Sinichi menghubungi kalian tapi tak ada yang menjawab..” jawab Ayumi sambil
meletakkan tasnya di meja dan duduk di bangkunya.
“Itu..” wajah Sakura memerah
mengingat kejadian kemarin. Tuhan~ apa yang telah ia lakukan?
“Sakura? What’s up?”
“Tidak apa-apa. Kemarin kami
membeli soda bersama. Kau sudah mengerjakan tugas dari Takeyama-sensei?” Sakura
mengalihkan pembicaraan.
“Mm? tentu sudah! Aku menuliskan
karangan tentang hujan sebanyak 7 lembar! Well, bukan menuliskan, mengetik.
Tapi itu sudah bagus bukan?”
--
“Yamamoto, pergi kemana kau
kemarin Sabtu?” Sinichi bertanya pada Kira Yamamoto yang tengah melamun di
salah satu kursi taman sekolah.
“Mm, hanya membeli soda bersama
Mashiotara..” jawab Kira dengan nada melamun.
“Kenapa tidak menjawab
teleponku?”
“…...”
“Sinichi, apakah bisa kau
menyukai seseorang hanya dalam waktu lima menit?” tanya Kira tiba-tiba, out-of-topic.
“Eh? Mm, bisa saja menurutku.
Kita tak pernah tahu karena perasaan selalu datang dan pergi begitu saja
bukan?” Sinichi menatap Kira heran. “Katamu kau.. menyukai.. Ayumi..” Sinichi
berkata dengan susah payah.
“Tidak lagi. Kurasa,
aku-menyukai-Sakura. Benar! Aku memang menyukainya! Bukan sejak kemarin! Tapi
sejak dulu! Sinichi, terima kasih telah menyadarkanku! Aku kembali ke kelas
dulu!” Kira Yamamoto berlari menuju kelasnya dengan diiringi kerutan pada dahi
Sinichi.
Tunggu, dia bilang, dia tak lagi
menyukai Ayumi, pikir Sinichi. Apakah.. boleh aku menyukainya?
--
“Sakura, mau ke kantin?”
“Boleh,” Sakura menghampiri Ayumi
dan berjalan keluar kelas bersama. Belum sampai pintu, Kira Yamamoto masuk ke
kelas dengan semangat.
“Sakura, kau mau kemana?” tanya
Kira pada gadis di hadapannya.
“Aku mau ke kantin,” Sakura
menjawab pelan sambil menunduk. Dia masih malu dengan kejadian kemarin.
“Mm, bagaimana kalau kau ke
kantin bersamaku?” tanya Kira yang membuat Ayumi melotot.
“Hey”-Ayumi
menghentikan omelannya ketika melihat Sinichi memasuki kelas.
“Ayo ke kantin bersamaku, Kira,”
kata Sakura tegas yang membuat Kira tersenyum. Mereka berdua segera pergi
keluar kelas.
“Ada apa dengan Kira?” tanya
Ayumi pada Sinichi.
“Dia baru saja menyadari
perasaannya,”
“Perasaannya? Apakah.. Oh..”
mulut Ayumi membentuk huruf ‘O’.
“Kau akan ke kantin? Ayo pergi
bersamaku,” ajak Sinichi.
“Bagaimana kalau ke lapangan
basket?”
“Untuk apa?”
“Aku ingin bermain basket,”
“Baiklah,”
Lapangan basket terletak agak
jauh dari kelas mereka. Hari itu lapangan basket tidak terlalu ramai. Hanya ada
beberapa siswa yang sedang bermain ringan.
“Shinto! Aku ikut main!” Ayumi
meneriaki salah satu dari anak yang sedang bermain.
“Ayo! Kita kurang satu pemain.
Kendo, kau menonton saja,” jawab anak bernama Shinto.
“Aku tahu,” Sinichi menjawab
singkat dan duduk di salah satu bangku di sekeliling lapangan.
Sinichi memperhatikan
satu-satunya siswi yang tengah bermain diantara para siswa. Ayumi nampak
mempesona dengan gerakan-gerakan lincahnya. Beberapa kali gadis itu tertawa
lepas ketika salah satu dari mereka terjatuh, terpeleset, atau kejadian konyol
lainnya.
“hahaha..”
ami kecil tertawa melihat temannya terjatuh.
“kenapa
kau mentertawakanku?” ichi bangun dengan kesal.
“kau lucu
ketika jatuh. Kau tak perlu memamerkan kemampuanmu. Kita kan masih 6 tahun,
tidak aneh kalau belum bisa memasukkan bola ke ring,” jawab ami sok bijak.
“huuh..
kemarin aku bisa kok!”
“itu kan
kemarin..” goda ami sambil menjulurkan lidahnya.
“kau
menyebalkan, ami!”
“sst..
jangan berteriak seperti itu. Kau jadi seperti anak perempuan tahu..”
“SINICHI!!” Sinichi segera
tersadar dari lamunannya dan melihat Ayumi Takashi tengah duduk di sampingnya.
“Mm?”
“Kau melamun!” kata Ayumi yakin.
“Mm..”
“Dasar pendiam! Kau tunggu di
sini. Aku akan ke toilet sebentar,”
“Iya..” Sinichi memperhatikan
Ayumi yang berlari riang. Tak lama setelah Ayumi memasuki toilet putri, dilihatnya
tiga orang siswi masuk ke toilet. Entah mengapa, Sinichi merasakan sesuatu yang
janggal. Dengan cepat, dia melangkah ke arah toilet putri.
--
“Ayumi! Sudah kubilang!! Kau
jangan dekat-dekat dengan Sinichi!!” Rizuki Ashuma berteriak pada gadis tinggi di hadapannya. Di
kanan-kirinya, Chika dan Mayumi menatap Ayumi dengan wajah jangan-macem-macem-lu.
“Siapa kau? Kau yang kemarin di
Shibuya?” tanya Ayumi tenang.
“Kau tak perlu tahu aku siapa,
yang penting, Sinichi Kendo adalah milikku!”
“Sinichi tak pernah bilang
padaku,”
“Kau.. Kau menantangku Ayumi
Takashi?”
“Tidak ada gunanya aku
meladenimu. Permisi..” Ayumi melangkah pergi. Tapi Chika dan Mayumi dengan
cepat menghadangnya.
“SINICHI KENDO MILIKKU, AYUMI
TAKASHI!”
--
“SINICHI KENDO MILIKKU, AYUMI TAKASHI!”
Sinichi mendengar teriakan seorang gadis begitu dia mendekati toilet putri.
Sinichi menajamkan telinganya.
Dia mendengar perdebatan di dalam. Pasti Ayumi Takashi sedang dikelilingi
Rizuki Ashuma dan teman-temannya.
Rizuki Ashuma, tentu saja Sinichi
ingat. Gadis itu ditolaknya beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya gadis itu
lumayan manis, tidak bodoh, dan sangat kaya. Tapi Sinichi sama sekali tidak
tertarik. Sejak saat itu, Sinichi mendengar dari Kira Yamamoto bahwa Rizuki
selalu menggencet siswi yang terlihat dekat dengan Sinichi. Selama ini
Sinichi hanya diam, karena memang dia tak pernah terlalu dekat dengan seorang
gadis. Tapi kini Ayumi Takashi, dia tak mungkin hanya diam mengetahui bahwa
mungkin Rizuki tengah melakukan sesuatu yang buruk pada Ayumi Takashi.
Sinichi memperhatikan
sekelilingnya, begitu memastikan tak ada mata yang melihatnya, dia melesat
masuk ke toilet putri.
--
“Sinichi..” Ayumi berkata sambil
mengernyitkan dahi melihat Sinichi Kendo tengah berada di dalam toilet putri.
“Eh.. Hi, Kendo..” sapa
Rizuki gugup.
Mengacuhkan Rizuki, Sinichi
melangkah dan berdiri di samping Ayumi Takashi.
“Kalian tahu? Kalian tak boleh
memperlakukannya seperti tadi,” ucap Sinichi lembut. Tangan kanannya meraih
tangan kiri Ayumi dan menggenggamnya.
“Kenapa?” tanya Chika.
“Karena dia adalah pacarku,”
jawab Sinichi tenang namun membuat keempat siswi di sekelilingnya terkejut.
“Kendo, kau.. kau berbohong!”
teriak Rizuki Ashuma.
“Terserahmu..” Sinichi
menggandeng Ayumi keluar dari tempat tersebut.
--
“Kau gila?!” Ayumi berkata heran
begitu ia dan Sinichi duduk menenangkan diri di salah satu bangku taman.
“Kenapa?” tanya Sinichi polos.
“Cewek tadi, Rizuka? Rizuki? Oh,
entahlah. Dia bisa saja membunuhku kalau kau berkata seperti itu..”
“Tidak akan,” jawab Sinichi
ringan.
“Bagaimana bisa kau seyakin itu?
Kau tidak melihat si Rizuka tadi? Dia sepertinya bisa membunuh hanya dengan
melirik!”
“Kau berlebihan. Tidak seperti
itu. Aku justru berkata begitu agar ia tak mengganggumu lagi. Rizuki tidak akan
sejahat itu pada pacarku..,”
DEG~ jantung Ayumi tiba-tiba
berdetak lebih kencang.
“Apa? Kau tak percaya? Ya
sudah..” tanya Sinichi melihat Ayumi yang terdiam.
“Bukan begitu. Hanya saja.. yah,
sudahlah. Semoga saja benar. Ayo kembali ke kelas,”
--
“oke. Kutunggu di depan rumahku,”
Ayumi meletakkan kembali iPhone-nya. Dia turun dan menemui ibunya.
”mom, Sakura akan main ke
rumah,”
“temanmu yang manis itu? Baiklah,
Mom akan membelikan kue untuknya. Kapan dia datang?”
“Mm, sekitar sepuluh menit lagi,”
“Okay,”
--
Sepuluh menit kemudian, Sakura
Mashiotara sudah duduk manis di ruang tamu rumah keluarga Takashi. Dia akan
menghabiskan pekan dengan Ayumi Takashi.
“Sakura, ayo naik ke kamarku,”
ajak Ayumi. Sakura menggangguk dan mengikuti temannya.
“Why you not spend your
weekend with your boyfriend?”
tanya Ayumi yang duduk di lantai kayu.
“Ah, kau ini. Tidak. Kira sedang
pergi keluar kota bersama keluarganya,”
“Ha! Bagaimana Yamamoto itu.
Harusnya ini menjadi weekend pertama kalian berdua!”
“Sudahlah. Ayo kita menonton
film. Hey, bagaimana dengan Sinichi?”
“Ada apa dengan Sinichi?” Ayumi
menoleh ke arah Sakura.
“Oh, ayolah.. aku tau akhir-akhir
ini kalian sangat dekat,”
“Hmm, tidak sedekat itu. Lagipula
Sinichi baik pada semua orang,”
“Helloo, tapi kau tau bahwa ia
berbeda jika sedang bersamamu,”
“Mm… dia mengingatkanku pada masa
kecilku,”
“Masa kecil? Sepertinya Kira pernah
menceritakan padaku tentang masa kecil Sinichi..”
“Bagaimana?”
“Dia bilang, Kendo dulu memiliki
teman kecil yang sangat disayanginya. Tapi, temannya itu tiba-tiba tak pernah muncul
lagi,”
--
Sinichi Kendo termenung menatap
langit.
Langit yang indah, seindah
seseorang.. yang belakangan ini terus-menerus mengingatkannya pada masa
kecilnya..
Aku akan menyatakan perasaanku
pada Ayumi, kata Sinichi tegas dalam hatinya.
Entah dia ami-chan atau bukan,
aku tetap menyayanginya..
Dan akan selalu menyayanginya…
--
“Teman kecil?!” suara Ayumi yang
tiba-tiba mengagetkan Sakura yang sedang mengingat-ingat apa saja yang pernah
Kira ceritakan padanya.
“Hai. Kenapa mukamu
terkejut seperti itu?”
“Mm, tidak. Aku hanya.. yah..
begitulah,” jawab Ayumi mengambang. Sinichi Kendo.. Sinichi.. Ichi.. Ichi-kun..
Bolehkah, sekali ini saja ia
berharap?
--
“Arigatou gozaimasu,”
Sakura Mashiotara ber-ojigi di hadapan Nyonya Takashi.
“Hai. Sering-seringlah
main kemari,” ibu Ayumi mengangguk gembira. Sementara Ayumi di sampingnya hanya
terseyum melihat percakapan temannya itu dengan ibunya. Setelah Sakura pergi,
dia segera pergi ke kamarnya dan membongkar sebuah kotak. Setelah beberapa saat
mengacak mengaduk mencari, segera disentuhnya barang itu pelan, penuh
perasaan. [?]
Sebuah kalung bintang..
Kalung berbandul bintang
tepatnya. Dia mendapatkannya dari seseorang ketika umurnya 5 tahun. mm-hmm,
ichi-kun yang memberikannya. Diperhatikannya kalung itu. Dulu, kalung
manik-manik warna-warni itu begitu pas dengannya. Kini, 10 tahun kemudian,
rasanya kalung ini mengecil. Tidak mungkin lagi ia memakainya. Padahal, dulu ia
berjanji akan selalu menggunakan kalung tersebut kemanapun ia pergi. Ah,
janji..
Janji.. dulu, ia berjanji akan
selalu bermain bersama dengan Ichi-kun.
Dulu, ia berjanji akan masuk
sekolah yang sama dengan Ichi-kun.
Dulu, ia berjanji.. entah sudah
berapa banyak janji yang sudah dilanggarnya.
--
“Ohayou..” sapa seseorang
lembut ketika Ayumi Takashi tengah berjalan pelan menuju sekolah.
“Ohayou.. mm, Sinichi-san.
Tumben kau berangkat sesiang ini?” tanyaku berbasa-basi. Ayumi merasakan
jantungnya berdetak lebih kencang begitu melihat Sinichi Kendo tengah berjalan
dengannya.
“Aku kesiangan. Dan kenapa kau
berjalan begitu lesu? Bukankah kau biasanya selalu bersemangat?” tanya Sinichi
balik pada Ayumi.
Karena semalaman aku
memikirkanmu. Karena semalam suntuk aku berharap kau adalah Ichi-kun. Karena
aku ingat janji-janjiku pada Ichi-kun. Karena aku.. tapi semua itu hanya Ayumi
lontarkan [?] di dalam hatinya. Sebagai gantinya, dia malah menjawab,
“Kurasa aku terlalu banyak
sarapan. Hehee..” bohong. Tadi pagi Ayumi Takashi hanya makan selembar roti.
Bisa dipastikan dia akan kelaparan selama pelajaran nanti.
--
“Kau sakit, Ayumi-san?” tanya
Sakura Mashiotara melihat temannya itu hanya menelungkupkan kepala di meja
begitu jam istirahat berbunyi.
“Eumm, tidak. hanya sedang malas
saja. Gomen, aku sedang tidak ingi ke kantin,” jawab Ayumi pelan. Mood-nya
benar-benar tidak baik.
“Iya, tidak masalah. Tapi, kau
tidak apa-apa?” tanya Sakura sekali lagi.
“I’m fine. Don’t be afraid,”
“Mm. baiklah. Aku ke kantin
dulu..”
Selepas Sakura pergi, Ayumi hanya
menatap malas keluar jendela. Tampak pemandangan sekolah dari lantai dua. Siswa
bergerombol, mengobrol, makan, bersantai, dan.. Sinichi Kendo.
Tiba-tiba Ayumi merasa tenang
melihat Sinichi Kendo yang sedang tersenyum pada temannya-laki-laki tentu saja.
Melihat Sinichi Kendo baik-baik saja di bawah sana, Ayumi tersenyum lalu
menelungkupkan kepalanya ke meja dan tertidur.
--
“Hujan..” ucap Ayumi Takashi
pelan sambil menatap ke langit yang mulai dihiasi beribu tetes air. Dia tengah
berjalan pelan menuju rumahnya. Tanpa mempercepat langkahnya, dia berjalan
tenang di bawah tetes hujan. Dilirik jam tangan-anti
air-nya, 7 pm. Dia akan
terlambat sampai rumah karena tadi harus mengikuti pelajaran tambahan di
sekolah.
“Takashi?” seseorang memanggilnya
dari arah belakang. Sinichi Kendo..
“Konbanwa, Sinichi-san,” sapa
Ayumi manis. Hujan telah memperbaiki mood-nya.
“Kau tak apa hujan-hujanan
begini?” tanya Sinichi dengan nada khawatir.
“I’m really fine. Kau
tahu? Aku sangat menyukai hujan,” jawab Ayumi sambil menghirup napas
dalam-dalam. Dibiarkannya aroma tanah memenuhi rongga hidung mancungnya.
“Kau.. suka hujan? Seperti
seseorang..” ucap Sinichi dengan nada melamun.
“Benar. Tapi, seseorang yang
kusayangi tak suka pada hujan. Karena hujan, bintang kesukaannya menjadi tak
terlihat..” jawab Ayumi dengan nada melamun. *saling melamun ceritanya ._.
DEG~ Sinichi Kendo seketika
menghentikan langkahnya dan berkata pelan,
“Ami-chan..” Ayumi Takashi
seketika menghentikan langkahnya.
“Ichi-kun..”
Di bawah hujan yang kian deras,
dua anak manusia tersebut berdiri saling berhadap-hadapan. Saling menatap
dalam. Mengeluarkan rindu yang membuncah..*huluh huluuuh..
“Ayumi, aku menyukaimu,” kata
Sinichi tiba-tiba dalam keadaan hening itu. *kecuali suara hujan yaa
“What? You?
Menyukaiku?” *reaksi Ayumi jelek ya?
“Hai. Entah kau
ami-chan-ku atau bukan. Aku menyukaimu sejak pertama kali kau menabrakku dulu,”
“Aku.. entah kau Ichi-kun atau
bukan. Kurasa, aku telah jatuh cinta padamu,” jawab Ayumi sambil menatap
Sinichi. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya,
“Tapi, betapa indahnya dunia ini.
Aku Ami-chan-mu, dan aku tahu, kau Ichi-kun-ku..”
Sinichi mengangguk sambil
tersenyum, lalu dia mendekatkan wajahnya pada wajah gadis di depannya.
Chup~
Kecupan lembut dari Sinichi
membuat wajah cantik Ayumi memerah. Hujan tak mampu menyembunyikan keterkejutan
Ayumi. Segera ditundukkannya dalam-dalam wajahnya.
“Hey, kenapa kau menjadi pemalu
begitu?” goda Sinichi.
“Siapa juga yang malu?” jawab
Ayumi sambil mendongakkan wajahnya. Tiba-tiba ia memekik,
“WAH!!”
“Eh? Ada apa?”
“Lihat itu! Itu bintang!”
“Tidak mungkin! Sekarang sedang
hujan!”
“Aku tahu! Tapi lihat itu
baik-baik!”
Mereka berdua terdiam sambil
memperhatikan ‘sesuatu’ di atas sana yang berkelip dengan indahnya.
“Kurasa.. itu memang sebuah
bintang,” ucap Sinichi Kendo.
“Bintang saat hujan! Ini..
keajaiban,”
“Kau benar,” Sinichi menjawab
sambil meraih tangan kanan Ayumi dan menggandengnya.
“Jadi, mulai sekarang, kau tidak
boleh benci hujan, Ichi-kun. Karena hujan dan bintang bisa bersama,” kata Ayumi
riang sambil mulai melangkah.
“Aku tahu. Seperti kita bukan?”
jawab Sinichi sambil terus memandang satu-satunya bintang yang terlihat itu. Ayumi
Takashi hanya tersenyum mendengar pertanyaan laki-laki di sampingnya.
Ya, kau benar. Kita akan bersama
layaknya hujan dan bintang di langit sana..
--the
end---
yuhuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu...
selese jugaa :))
gimana gimana gimana ??!
part terakhir ini rombongan yaa . abis kalo dipisah ntar kependekan . jadii yaa begitulah :D
No comments:
Post a Comment