Saturday, 17 December 2011

there is a star, when the rain is falling [part III-end]

author : salsabilaa
cast : Ayumi Takashi, Sinichi Kendo, Kira Yamamoto, Sakura Mashiotara
genre : friendship, romance
rating : PG-15 *naik dikit

mm-hmm, my first KB . ide cerita dari.. ehm, gini lho . saya dulu punya cowok -sekarang mah mantan . nah, si mantan saya ini suka sama bintang, sedangkan saya suka hujan . bintang sama hujan kan nggak bisa nyatu tuh, lucu aja kita jadian . trus, baca novel yang ceritanya mirip-mirip saya sama mantan . kalo nggak salah judulnya.. "not just a fairy tale" . lucu :) eh, tapi bukannya saya nyontek ide lhoo . HATE PLAGIAT [!]
oiyaaa, bukannya saya masih ngarep sama mantan . itu sudah berlaluuuuuuu :)
sudah sudah . sebelumnya, gomen kalo jelek, ini kan yang pertama :)
check it out !





Ohayou gozaimasu..” Ayumi Takashi masuk ke dalam kelasnya sambil mengucapkan selamat pagi. “Morning, Sakura-san,” sambungnya menyapa Sakura Mashiotara yang tengah membaca novel di bangkunya.
Hi, Takashi. Sabtu kemarin, kau pulang dengan Kendo?”
“Benar. Kau dan Kira kemana? Sinichi menghubungi kalian tapi tak ada yang menjawab..” jawab Ayumi sambil meletakkan tasnya di meja dan duduk di bangkunya.
“Itu..” wajah Sakura memerah mengingat kejadian kemarin. Tuhan~ apa yang telah ia lakukan?
“Sakura? What’s up?”
“Tidak apa-apa. Kemarin kami membeli soda bersama. Kau sudah mengerjakan tugas dari Takeyama-sensei?” Sakura mengalihkan pembicaraan.
“Mm? tentu sudah! Aku menuliskan karangan tentang hujan sebanyak 7 lembar! Well, bukan menuliskan, mengetik. Tapi itu sudah bagus bukan?”
--
“Yamamoto, pergi kemana kau kemarin Sabtu?” Sinichi bertanya pada Kira Yamamoto yang tengah melamun di salah satu kursi taman sekolah.
“Mm, hanya membeli soda bersama Mashiotara..” jawab Kira dengan nada melamun.
“Kenapa tidak menjawab teleponku?”
“…...”
“Sinichi, apakah bisa kau menyukai seseorang hanya dalam waktu lima menit?” tanya Kira tiba-tiba, out-of-topic.
“Eh? Mm, bisa saja menurutku. Kita tak pernah tahu karena perasaan selalu datang dan pergi begitu saja bukan?” Sinichi menatap Kira heran. “Katamu kau.. menyukai.. Ayumi..” Sinichi berkata dengan susah payah.
“Tidak lagi. Kurasa, aku-menyukai-Sakura. Benar! Aku memang menyukainya! Bukan sejak kemarin! Tapi sejak dulu! Sinichi, terima kasih telah menyadarkanku! Aku kembali ke kelas dulu!” Kira Yamamoto berlari menuju kelasnya dengan diiringi kerutan pada dahi Sinichi.
Tunggu, dia bilang, dia tak lagi menyukai Ayumi, pikir Sinichi. Apakah.. boleh aku menyukainya?
--
“Sakura, mau ke kantin?”
“Boleh,” Sakura menghampiri Ayumi dan berjalan keluar kelas bersama. Belum sampai pintu, Kira Yamamoto masuk ke kelas dengan semangat.
“Sakura, kau mau kemana?” tanya Kira pada gadis di hadapannya.
“Aku mau ke kantin,” Sakura menjawab pelan sambil menunduk. Dia masih malu dengan kejadian kemarin.
“Mm, bagaimana kalau kau ke kantin bersamaku?” tanya Kira yang membuat Ayumi melotot.
“Hey”-Ayumi menghentikan omelannya ketika melihat Sinichi memasuki kelas.
“Ayo ke kantin bersamaku, Kira,” kata Sakura tegas yang membuat Kira tersenyum. Mereka berdua segera pergi keluar kelas.
“Ada apa dengan Kira?” tanya Ayumi pada Sinichi.
“Dia baru saja menyadari perasaannya,”
“Perasaannya? Apakah.. Oh..” mulut Ayumi membentuk huruf ‘O’.
“Kau akan ke kantin? Ayo pergi bersamaku,” ajak Sinichi.
“Bagaimana kalau ke lapangan basket?”
“Untuk apa?”
“Aku ingin bermain basket,”
“Baiklah,”
Lapangan basket terletak agak jauh dari kelas mereka. Hari itu lapangan basket tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa siswa yang sedang bermain ringan.
“Shinto! Aku ikut main!” Ayumi meneriaki salah satu dari anak yang sedang bermain.
“Ayo! Kita kurang satu pemain. Kendo, kau menonton saja,” jawab anak bernama Shinto.
“Aku tahu,” Sinichi menjawab singkat dan duduk di salah satu bangku di sekeliling lapangan.
Sinichi memperhatikan satu-satunya siswi yang tengah bermain diantara para siswa. Ayumi nampak mempesona dengan gerakan-gerakan lincahnya. Beberapa kali gadis itu tertawa lepas ketika salah satu dari mereka terjatuh, terpeleset, atau kejadian konyol lainnya.
“hahaha..” ami kecil tertawa melihat temannya terjatuh.
“kenapa kau mentertawakanku?” ichi bangun dengan kesal.
“kau lucu ketika jatuh. Kau tak perlu memamerkan kemampuanmu. Kita kan masih 6 tahun, tidak aneh kalau belum bisa memasukkan bola ke ring,” jawab ami sok bijak.
“huuh.. kemarin aku bisa kok!”
“itu kan kemarin..” goda ami sambil menjulurkan lidahnya.
“kau menyebalkan, ami!”
“sst.. jangan berteriak seperti itu. Kau jadi seperti anak perempuan tahu..”

“SINICHI!!” Sinichi segera tersadar dari lamunannya dan melihat Ayumi Takashi tengah duduk di sampingnya.
“Mm?”
“Kau melamun!” kata Ayumi yakin.
“Mm..”
“Dasar pendiam! Kau tunggu di sini. Aku akan ke toilet sebentar,”
“Iya..” Sinichi memperhatikan Ayumi yang berlari riang. Tak lama setelah Ayumi memasuki toilet putri, dilihatnya tiga orang siswi masuk ke toilet. Entah mengapa, Sinichi merasakan sesuatu yang janggal. Dengan cepat, dia melangkah ke arah toilet putri.
--
“Ayumi! Sudah kubilang!! Kau jangan dekat-dekat dengan Sinichi!!” Rizuki Ashuma  berteriak pada gadis tinggi di hadapannya. Di kanan-kirinya, Chika dan Mayumi menatap Ayumi dengan wajah jangan-macem-macem-lu.
“Siapa kau? Kau yang kemarin di Shibuya?” tanya Ayumi tenang.
“Kau tak perlu tahu aku siapa, yang penting, Sinichi Kendo adalah milikku!”
“Sinichi tak pernah bilang padaku,”
“Kau.. Kau menantangku Ayumi Takashi?”
“Tidak ada gunanya aku meladenimu. Permisi..” Ayumi melangkah pergi. Tapi Chika dan Mayumi dengan cepat menghadangnya.
“SINICHI KENDO MILIKKU, AYUMI TAKASHI!”
--
“SINICHI KENDO MILIKKU, AYUMI TAKASHI!” Sinichi mendengar teriakan seorang gadis begitu dia mendekati toilet putri.
Sinichi menajamkan telinganya. Dia mendengar perdebatan di dalam. Pasti Ayumi Takashi sedang dikelilingi Rizuki Ashuma dan teman-temannya.
Rizuki Ashuma, tentu saja Sinichi ingat. Gadis itu ditolaknya beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya gadis itu lumayan manis, tidak bodoh, dan sangat kaya. Tapi Sinichi sama sekali tidak tertarik. Sejak saat itu, Sinichi mendengar dari Kira Yamamoto bahwa Rizuki selalu menggencet siswi yang terlihat dekat dengan Sinichi. Selama ini Sinichi hanya diam, karena memang dia tak pernah terlalu dekat dengan seorang gadis. Tapi kini Ayumi Takashi, dia tak mungkin hanya diam mengetahui bahwa mungkin Rizuki tengah melakukan sesuatu yang buruk pada Ayumi Takashi.
Sinichi memperhatikan sekelilingnya, begitu memastikan tak ada mata yang melihatnya, dia melesat masuk ke toilet putri.
--
“Sinichi..” Ayumi berkata sambil mengernyitkan dahi melihat Sinichi Kendo tengah berada di dalam toilet putri.
“Eh.. Hi, Kendo..” sapa Rizuki gugup.
Mengacuhkan Rizuki, Sinichi melangkah dan berdiri di samping Ayumi Takashi.
“Kalian tahu? Kalian tak boleh memperlakukannya seperti tadi,” ucap Sinichi lembut. Tangan kanannya meraih tangan kiri Ayumi dan menggenggamnya.
“Kenapa?” tanya Chika.
“Karena dia adalah pacarku,” jawab Sinichi tenang namun membuat keempat siswi di sekelilingnya terkejut.
“Kendo, kau.. kau berbohong!” teriak Rizuki Ashuma.
“Terserahmu..” Sinichi menggandeng Ayumi keluar dari tempat tersebut.
--
“Kau gila?!” Ayumi berkata heran begitu ia dan Sinichi duduk menenangkan diri di salah satu bangku taman.
“Kenapa?” tanya Sinichi polos.
“Cewek tadi, Rizuka? Rizuki? Oh, entahlah. Dia bisa saja membunuhku kalau kau berkata seperti itu..”
“Tidak akan,” jawab Sinichi ringan.
“Bagaimana bisa kau seyakin itu? Kau tidak melihat si Rizuka tadi? Dia sepertinya bisa membunuh hanya dengan melirik!”
“Kau berlebihan. Tidak seperti itu. Aku justru berkata begitu agar ia tak mengganggumu lagi. Rizuki tidak akan sejahat itu pada pacarku..,”
DEG~ jantung Ayumi tiba-tiba berdetak lebih kencang.
“Apa? Kau tak percaya? Ya sudah..” tanya Sinichi melihat Ayumi yang terdiam.
“Bukan begitu. Hanya saja.. yah, sudahlah. Semoga saja benar. Ayo kembali ke kelas,”
--
“oke. Kutunggu di depan rumahku,” Ayumi meletakkan kembali iPhone-nya. Dia turun dan menemui ibunya.
mom, Sakura akan main ke rumah,”
“temanmu yang manis itu? Baiklah, Mom akan membelikan kue untuknya. Kapan dia datang?”
“Mm, sekitar sepuluh menit lagi,”
Okay,”
--
Sepuluh menit kemudian, Sakura Mashiotara sudah duduk manis di ruang tamu rumah keluarga Takashi. Dia akan menghabiskan pekan dengan Ayumi Takashi.
“Sakura, ayo naik ke kamarku,” ajak Ayumi. Sakura menggangguk dan mengikuti temannya.
Why you not spend your weekend with  your boyfriend?” tanya Ayumi yang duduk di lantai kayu.
“Ah, kau ini. Tidak. Kira sedang pergi keluar kota bersama keluarganya,”
“Ha! Bagaimana Yamamoto itu. Harusnya ini menjadi weekend pertama kalian berdua!”
“Sudahlah. Ayo kita menonton film. Hey, bagaimana dengan Sinichi?”
“Ada apa dengan Sinichi?” Ayumi menoleh ke arah Sakura.
“Oh, ayolah.. aku tau akhir-akhir ini kalian sangat dekat,”
“Hmm, tidak sedekat itu. Lagipula Sinichi baik pada semua orang,”
“Helloo, tapi kau tau bahwa ia berbeda jika sedang bersamamu,”
“Mm… dia mengingatkanku pada masa kecilku,”
“Masa kecil? Sepertinya Kira pernah menceritakan padaku tentang masa kecil Sinichi..”
“Bagaimana?”
“Dia bilang, Kendo dulu memiliki teman kecil yang sangat disayanginya. Tapi, temannya itu tiba-tiba tak pernah muncul lagi,”
--
Sinichi Kendo termenung menatap langit.
Langit yang indah, seindah seseorang.. yang belakangan ini terus-menerus mengingatkannya pada masa kecilnya..
Aku akan menyatakan perasaanku pada Ayumi, kata Sinichi tegas dalam hatinya.
Entah dia ami-chan atau bukan, aku tetap menyayanginya..
Dan akan selalu menyayanginya…
--
“Teman kecil?!” suara Ayumi yang tiba-tiba mengagetkan Sakura yang sedang mengingat-ingat apa saja yang pernah Kira ceritakan padanya.
Hai. Kenapa mukamu terkejut seperti itu?”
“Mm, tidak. Aku hanya.. yah.. begitulah,” jawab Ayumi mengambang. Sinichi Kendo.. Sinichi.. Ichi.. Ichi-kun..
Bolehkah, sekali ini saja ia berharap?
--
Arigatou gozaimasu,” Sakura Mashiotara ber-ojigi di hadapan Nyonya Takashi.
Hai. Sering-seringlah main kemari,” ibu Ayumi mengangguk gembira. Sementara Ayumi di sampingnya hanya terseyum melihat percakapan temannya itu dengan ibunya. Setelah Sakura pergi, dia segera pergi ke kamarnya dan membongkar sebuah kotak. Setelah beberapa saat mengacak mengaduk mencari, segera disentuhnya barang itu pelan, penuh perasaan. [?]
Sebuah kalung bintang..
Kalung berbandul bintang tepatnya. Dia mendapatkannya dari seseorang ketika umurnya 5 tahun. mm-hmm, ichi-kun yang memberikannya. Diperhatikannya kalung itu. Dulu, kalung manik-manik warna-warni itu begitu pas dengannya. Kini, 10 tahun kemudian, rasanya kalung ini mengecil. Tidak mungkin lagi ia memakainya. Padahal, dulu ia berjanji akan selalu menggunakan kalung tersebut kemanapun ia pergi. Ah, janji..
Janji.. dulu, ia berjanji akan selalu bermain bersama dengan Ichi-kun.
Dulu, ia berjanji akan masuk sekolah yang sama dengan Ichi-kun.
Dulu, ia berjanji.. entah sudah berapa banyak janji yang sudah dilanggarnya.
--
Ohayou..” sapa seseorang lembut ketika Ayumi Takashi tengah berjalan pelan menuju sekolah.
Ohayou.. mm, Sinichi-san. Tumben kau berangkat sesiang ini?” tanyaku berbasa-basi. Ayumi merasakan jantungnya berdetak lebih kencang begitu melihat Sinichi Kendo tengah berjalan dengannya.
“Aku kesiangan. Dan kenapa kau berjalan begitu lesu? Bukankah kau biasanya selalu bersemangat?” tanya Sinichi balik pada Ayumi.
Karena semalaman aku memikirkanmu. Karena semalam suntuk aku berharap kau adalah Ichi-kun. Karena aku ingat janji-janjiku pada Ichi-kun. Karena aku.. tapi semua itu hanya Ayumi lontarkan [?] di dalam hatinya. Sebagai gantinya, dia malah menjawab,
“Kurasa aku terlalu banyak sarapan. Hehee..” bohong. Tadi pagi Ayumi Takashi hanya makan selembar roti. Bisa dipastikan dia akan kelaparan selama pelajaran nanti.
--
“Kau sakit, Ayumi-san?” tanya Sakura Mashiotara melihat temannya itu hanya menelungkupkan kepala di meja begitu jam istirahat berbunyi.
“Eumm, tidak. hanya sedang malas saja. Gomen, aku sedang tidak ingi ke kantin,” jawab Ayumi pelan. Mood-nya benar-benar tidak baik.
“Iya, tidak masalah. Tapi, kau tidak apa-apa?” tanya Sakura sekali lagi.
I’m fine. Don’t be afraid,
“Mm. baiklah. Aku ke kantin dulu..”
Selepas Sakura pergi, Ayumi hanya menatap malas keluar jendela. Tampak pemandangan sekolah dari lantai dua. Siswa bergerombol, mengobrol, makan, bersantai, dan.. Sinichi Kendo.
Tiba-tiba Ayumi merasa tenang melihat Sinichi Kendo yang sedang tersenyum pada temannya-laki-laki tentu saja. Melihat Sinichi Kendo baik-baik saja di bawah sana, Ayumi tersenyum lalu menelungkupkan kepalanya ke meja dan tertidur.
--
“Hujan..” ucap Ayumi Takashi pelan sambil menatap ke langit yang mulai dihiasi beribu tetes air. Dia tengah berjalan pelan menuju rumahnya. Tanpa mempercepat langkahnya, dia berjalan tenang di bawah tetes hujan. Dilirik jam tangan-anti air-nya, 7 pm. Dia akan terlambat sampai rumah karena tadi harus mengikuti pelajaran tambahan di sekolah.
“Takashi?” seseorang memanggilnya dari arah belakang. Sinichi Kendo..
“Konbanwa, Sinichi-san,” sapa Ayumi manis. Hujan telah memperbaiki mood-nya.
“Kau tak apa hujan-hujanan begini?” tanya Sinichi dengan nada khawatir.
I’m really fine. Kau tahu? Aku sangat menyukai hujan,” jawab Ayumi sambil menghirup napas dalam-dalam. Dibiarkannya aroma tanah memenuhi rongga hidung mancungnya.
“Kau.. suka hujan? Seperti seseorang..” ucap Sinichi dengan nada melamun.
“Benar. Tapi, seseorang yang kusayangi tak suka pada hujan. Karena hujan, bintang kesukaannya menjadi tak terlihat..” jawab Ayumi dengan nada melamun. *saling melamun ceritanya ._.
DEG~ Sinichi Kendo seketika menghentikan langkahnya dan berkata pelan,
“Ami-chan..” Ayumi Takashi seketika menghentikan langkahnya.
“Ichi-kun..”
Di bawah hujan yang kian deras, dua anak manusia tersebut berdiri saling berhadap-hadapan. Saling menatap dalam. Mengeluarkan rindu yang membuncah..*huluh huluuuh..
“Ayumi, aku menyukaimu,” kata Sinichi tiba-tiba dalam keadaan hening itu. *kecuali suara hujan yaa
What? You? Menyukaiku?” *reaksi Ayumi jelek ya?
Hai. Entah kau ami-chan-ku atau bukan. Aku menyukaimu sejak pertama kali kau menabrakku dulu,”
“Aku.. entah kau Ichi-kun atau bukan. Kurasa, aku telah jatuh cinta padamu,” jawab Ayumi sambil menatap Sinichi. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya,
“Tapi, betapa indahnya dunia ini. Aku Ami-chan-mu, dan aku tahu, kau Ichi-kun-ku..”
Sinichi mengangguk sambil tersenyum, lalu dia mendekatkan wajahnya pada wajah gadis di depannya.
Chup~
Kecupan lembut dari Sinichi membuat wajah cantik Ayumi memerah. Hujan tak mampu menyembunyikan keterkejutan Ayumi. Segera ditundukkannya dalam-dalam wajahnya.
“Hey, kenapa kau menjadi pemalu begitu?” goda Sinichi.
“Siapa juga yang malu?” jawab Ayumi sambil mendongakkan wajahnya. Tiba-tiba ia memekik,
“WAH!!”
“Eh? Ada apa?”
“Lihat itu! Itu bintang!”
“Tidak mungkin! Sekarang sedang hujan!”
“Aku tahu! Tapi lihat itu baik-baik!”
Mereka berdua terdiam sambil memperhatikan ‘sesuatu’ di atas sana yang berkelip dengan indahnya.
“Kurasa.. itu memang sebuah bintang,” ucap Sinichi Kendo.
“Bintang saat hujan! Ini.. keajaiban,”
“Kau benar,” Sinichi menjawab sambil meraih tangan kanan Ayumi dan menggandengnya.
“Jadi, mulai sekarang, kau tidak boleh benci hujan, Ichi-kun. Karena hujan dan bintang bisa bersama,” kata Ayumi riang sambil mulai melangkah.
“Aku tahu. Seperti kita bukan?” jawab Sinichi sambil terus memandang satu-satunya bintang yang terlihat itu. Ayumi Takashi hanya tersenyum mendengar pertanyaan laki-laki di sampingnya.
Ya, kau benar. Kita akan bersama layaknya hujan dan bintang di langit sana..

--the end---


yuhuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu...
selese jugaa :))
gimana gimana gimana ??!
part terakhir ini rombongan yaa . abis kalo dipisah ntar kependekan . jadii yaa begitulah :D
 

No comments:

Post a Comment