Saturday, 17 December 2011

there is a star, when the rain is falling [part I]

author : salsabilaa
cast : Ayumi Takashi, Sinichi Kendo, Kira Yamamoto, Sakura Mashiotara
genre : friendship, romance
rating : PG-13

mm-hmm, my first KB . ide cerita dari.. ehm, gini lho . saya dulu punya cowok -sekarang mah mantan . nah, si mantan saya ini suka sama bintang, sedangkan saya suka hujan . bintang sama hujan kan nggak bisa nyatu tuh, lucu aja kita jadian . trus, baca novel yang ceritanya mirip-mirip saya sama mantan . kalo nggak salah judulnya.. "not just a fairy tale" . lucu :) eh, tapi bukannya saya nyontek ide lhoo . HATE PLAGIAT [!]
oiyaaa, bukannya saya masih ngarep sama mantan . itu sudah berlaluuuuuuu :)
sudah sudah . sebelumnya, gomen kalo jelek, ini kan yang pertama :)
check it out !







------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“ami-chan, apa yang sedang kau lakukan?”
“aku sedang melihat hujan, ichi-kun,”
“memangnya apa bagusnya hujan?”
“kau tidak tahu? Coba lihat! Betapa menakjubkannya hujan. Jutaan rintik air jatuh begitu saja secara bersamaan. Lalu, bau hujan sangat.. sangat menenangkan,”
“bukankah kita baru berusia 6 tahun? Darimana kau mendapat kalimat seperti itu?”
“dari buku..”                                           
“mm-hmm. Tentu saja. Kau suka membaca..”
“jadi?”
“apa? Aku tidak suka hujan,”
“kenapa?”
“karena hujan, bintang menjadi tidak terlihat..”

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
10 tahun kemudian, di salah satu ruangan SMA Sakuragi, Tokyo..

“Sinichi! Apa kau sudah dengar berita bagus?”
“apa?” anak bernama Sinichi Kendo itu terlihat tidak bersemangat.
“sekolah kita akan kedatangan murid baru!”
“apa bagusnya, Yamamoto?”
“kau ini! Katanya, murid kali ini seorang siswi cantik pindahan dari London!”
“mm-hmm..”
“dan katanya, siswi itu akan masuk di kelas kita!”
“mm-hmm..”
“kau payah! Dari tadi hanya mm-hmm, mm-hmm. Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Ah! Aku tahu. Besok tanggal 1 November. Kau pasti memikirkan teman kecilmu itu bukan? Sudahlah, bukankah ini sudah tahun ke-10? Lagipula kau bahkan tidak tahu nama lengkapnya. Di sekelilingmu banyak gadis cantik. Kau tidak perlu memikirkan orang yang belum tentu memikirkanmu. Lagipula, kau lumayan tampan, walau masih tampan aku. Kalau kau mau, kau bisa berkencan dengan Mia Sanaka dari 2-1!”
“kau cerewet, Kira Yamamoto. Asal kau tahu, semua pasti sepakat kalau aku jauh lebih tampan darimu. Pergi sana!”
Karena orang yang kau pikirkan belum tentu memikirkanmu..
Mendengar ucapan Kira membuat Sinichi sadar. Benar. Tidak seharusnya aku terus-terusan memikirkan hal tak penting di masa kecilnya..
---
Tadaima!”
“kau sudah pulang Ichi. Cepat ganti baju. Ayo makan bersama ibu dan Chiro!”
“Baik, Bu,”
 “Ayah kapan pulang?” tanya Chiro, adik laki-laki Sinichi.
“Ayahmu akan pulang nanti malam. Kau tahu sendiri, sudah menjadi tanggung jawab ayahmu untuk ikut serta seminar tentang perabotan atau apalah itu,” Takashima Kendo, 45 tahun, ayah Sinichi, adalah seorang arsitek yang terkenal di kalangan pertisius Jepang. Sedangkan ibu Sinichi adalah Mizuki Kendo. Wanita berusia 40 tahun yang bekerja sebagai penulis. Keluarga Kendo hidup berkecukupan di salah satu sudut kota Tokyo.
Selesai makan, Sinichi naik dan mempelajari pelajaran yang baru saja di sekolah. Dia bukan murid yang rajin, dia hanya belajar jika ingin-tentu saja dia jarang ingin belajar-jika ada PR, dan jika besok ulangan. Namun, nilai-nilai yang dia dapatkan cukup untuk membuat peringkatnya berada di sekitar angka 1-5. Dengan peringkat yang bagus, wajah tampan, tubuh yang atletis, membuat Sinichi cukup populer di kalangan para siswi. Tapi, tak satupun dari para siswi yang catik itu dapat membuatnya jatuh hati. Entah mengapa, hingga sekarang dia selalu terbayang anak perempuan cantik teman masa kecilnya.

“ichi-kun, kau mau mengajariku memanjat pohon?”
“untuk apa? Kau ini anak perempuan,”
“aku tahu. Tapi aku iri sekali melihatmu bisa memanjat pohon,”
“aku tidak iri melihatmu pintar merangkai bunga,”
“untuk apa kau iri? Kau anak laki-laki,”
“ha! Kau tahu itu. Lagipula, bagaimana aku mengajarimu?”
“tunjukkan saja bagaimana caramu meraih dahan, menjejakkan kaki, dan lainnya..”
“baiklah. Begini caranya..”
--
Sinichi terbangun setelah mendengar kokok keras ayam jantan yang berasal dari jam bekernya. Setelah benar-benar bangun, dia mandi kemudian memakai seragam sekolahnya. Dia keluar kamar sambil melirik jam bekernya. 6 am. Rupanya dia bangun terlalu pagi. Dia biasa mulai sarapan pukul 6.15 kemudian pukul 6.30 pergi ke sekolah. Tak apalah, daripada terlambat bangun.
---
“Ayumi Takashi! Wake up! Apa kau ingin terlambat pada hari pertamamu?!”
“Hmmph.. akuh mengyantukh, Ibu.. Hoaaammmm..”
“Sudah jam 6! Bangun kubilang!”
30 menit kemudian, Ayumi Takashi sudah siap untuk berangkat sekolah. Wajahnya yang cantik tampak manis dengan seragam barunya. Setelah berpamitan pada kedua orangtuanya, dia melangkah riang. Perlahan ia menarik napas dan menghembuskannya. Udara pagi kota Tokyo, pikirnya. Sudah banyak yang berubah dari ibukota Jepang ini. Sudah berapa lama aku meninggalkan kota ini? 5 tahun? 10 tahun? Ah, apakah dia masih ingat denganku?
Ayumi terus melangkah sambil melamunkan masa kecilnya di Tokyo. Tanpa sadar, dia menabrak seorang pejalan kaki lain.
I’m sorry, saya tidak sengaja. Maafkan saya,” ucapnya dengan logat asing.
“tak apa. Sebaiknya kau berhati-hati jika berjalan,” orang yang dijawabnya langsung menyahut sambil berbalik menghadapnya.
“sekali lagi maafkan saya,” ucap Ayumi sambil berojigi. Ketika berdiri lagi, dia melihat orang yang ditabraknya sedang memperhatikannya.
what’s up? Mm, ada yang salah?” tanya Ayumi langsung.
iie. Mm, apakah kau siswi SMA Sakuragi?”
“Begitulah. Tapi aku pindahan. Hari ini hari pertamaku,”
“Pantas saja aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Aku siswa SMA Sakuragi juga,” kata anak laki-laki seumurannya sambil menunjuk badge di seragamnya.
That’s good. Bagaimana kalau kita berangkat bersama?” tanya Ayumi semangat mengetahui anak laki-laki di hadapannya adalah siswa SMA Sakuragi.
“Benar. Ayo jalan. Kau tentu tak ingin terlambat di hari pertamamu bukan?”
Of course..”
“Hey, siapa namamu?”
“Ayumi Takashi. Kau?”
“Sinichi Kendo..”
--
Minna-san, seperti yang kalian ketahui, hari ini kelas 2-4 kita kedatangan murid baru. Dia pernah tinggal di Jepang tapi beberapa tahun yang lalu pindah ke London. Silahkan perkenalkan dirimu,” Sunabe-sense, guru bahasa Inggris sekaligus wali kelas 2-4 berdiri di depan kelas bersama seorang gadis cantik.
Ohayou gozaimasu. Hajimimasite. Watashi wa Ayumi Takashi-desu. Seperti yang dijelaskan Mr. Sunabe, I’m from Japan. Tapi saya sekeluarga pindah ke London sepuluh tahun yang lalu. Mohon maaf jika dalam berbicara, masih bercampur dengan bahasa Inggris. Jadi, saya mohon bantuannya. Douzo yoroshiku onegaisimasu..” Ayumi menyudahi perkenalan singkatnya dengan berojigi.
“Jadi begitu, minna-san. So, please help her in our school. Takashi, kau bisa duduk di meja sebelah jendela itu. Alright. Let’s start our subject..
Ayumi duduk dan memperhatikan sekelilingnya. Beberapa langkah dari bangkunya, Ayumi melihat Sinichi Kendo sedang melihat ke arahnya. Dengan tersenyum, Ayumi melambaikan tangan.
--
“Jadi sebelum tinggal di London kau tinggal di Tokyo?”
“Yeah. Aku lahir di Indonesia, karena ibuku orang Indonesia. Lalu ketika berumur 4 tahun aku pindah ke Tokyo. Tapi itu sudah lama sekali. Aku tidak ingat di daerah mana dulu aku tinggal,” Ayumi dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-teman barunya. Mereka dengan antusias berkenalan dengannya. Tentu saja, dengan embel-embel ‘dari London’ membuatnya jadi bahan pembicaraan di seluruh sekolah.
--
“Sakura, kau mau menunjukkan jalan ke kantin padaku?” tanya Ayumi pada gadis yang duduk di bangku sampingnya.
“Tentu saja. Kau terlihat lapar,”
“Mm. Padahal tadi pagi aku sarapan banyak. Apa karena sepagian ini aku menjawab pertanyaan anak-anak?”
“Mungkin,”
Ayumi memperhatikan gadis yang berjalan di sampingnya. Sakura Mashiotara. Manis dan berkacamata. Bertubuh langsing, tapi tidak terlalu tinggi. Lebih tinggi Ayumi sekitar 10cm. Dia terlihat baik, pikir Ayumi.
“Hah, pasti mereka lagi,” Sakura bergumam.
What’s up?” tanya Ayumi.
“bukan apa-apa. Hanya segerombolan siswi tidak jelas,” jawaban Sakura membuat Ayumi menaikkan alis. Tampak sekelompok siswi sedang berusaha menarik perhatian seorang siswa yang sedang makan bersama temannya.
“Bukankah itu Sinichi?” Ayumi menunjuk siswa yang sedang makan bersama temannya.
“Iya, Ayumi. Dia Kendo,”
“Kalau begitu, ayo makan bersamanya,” Ayumi membeli makanan, dan berjalan menuju meja Sinchi.
“Hai, Sinichi! Hai, Yamamoto! Bolehkah kami makan bersama kalian?”
“Tentu saja. Silahkan duduk, Takashima, Mashiotara,” jawab Kira ramah sedangkan Sinichi hanya tersenyum dan mengangguk.
Mereka berempat makan sambil berbincang riang. Tampak jelas murid-murid lain penasaran dengan ‘anak dari London’. Apalagi gerombolan siswi yang sebelum kedatangan Ayumi sedang menarik perhatian Sinichi. Beberapa dari mereka terlihat jengkel.
“Siapa sih dia? Sok akrab dengan Kendo..”
“Dia anak dari London itu. Memangnya kenapa kalau dia dari London? Bukankah dia juga orang Jepang? Bahkan katanya dia kelahiran Indonesia! Bukankah itu negara yang sering terjadi bencana? Dengan sesuka hatinya dia duduk bersama Kendo!”
“Benar! Enak saja dia dengan mudahnya menyerobot idola kita!”
“Ashuma, kau harus melakukan sesuatu!”
“Tenang saja. Aku akan membuatnya tidak bertindak seenaknya sendiri,” gadis manis bernama Rizuki Ashuma tersenyum licik sambil melirik ke arah Ayumi.
--
“Mom, aku pulang!”
“Bagaimana hari pertamamu?”
Fine. Mereka semua baik dan menyenangkan,”
“Tentu saja. Kau pikir mereka akan mengucilkanmu?”
“Bukan begitu, Mom..”
Yeah. I know,”
Where is dad?”
“Ayahmu sedang pergi ke proyek barunya di daerah Nagoya. Bersama arsitek dari Tokyo,”
“Baiklah. Aku naik dulu, Mom,”
“Ya. Segera ganti baju lalu makan siang,”
Okay,”
Seusai makan siang, Ayumi ingin berjalan-jalan di sekitar tempat tinggal barunya. Setelah meminta izin kepada ibunya, dia mengeluarkan sepeda mini-nya dan mulai mengayuh di jalanan. Tak jauh dari rumahnya, seseorang menyerukan namanya,
“Takashi!” Ayumi mengerem sepedanya dan melihat Kira Yamamoto berlari ke arahnya.
Hi, Kira!”
Hi, Takashi. Apa kau sedang berkeliling?”
“Begitulah. Kau?”
“Rumahku di sekitar sini. Tadi aku hanya ingin mencari udara segar,”
“Bagaimana kalau kau menemaniku mengelilingi kota Tokyo? Aku sudah lama tidak menjelajahi kota ini..”
“Ide yang bagus. Kalau begitu biar aku yang memboncengkanmu,”
Akhirnya Ayumi duduk manis di boncengan sepeda Kira. Mereka tidak berkeliling terlalu jauh, hanya di sekitar kompleks perumahan mereka. Tiba-tiba, melintas Sinichi Kendo di bayangan Ayumi.
“Kira, apakah kau tahu rumah Sinichi?”
“Tentu saja. Aku kan sahabatnya,”
“Dimana?”
“Tidak terlalu jauh dari kompleks kita. Mungkin hanya sekitar 200 meter,”
“Bisakah kau mengantarku ke sana?”
“Untuk apa?”
“Aku hanya ingin melihat. Cukup melintas saja..”
“Hmm.. Baiklah,”
Tak lama, mereka memasuki jalanan rumah Sinichi. Entah mengapa, pikiran Ayumi melayang ke 10 tahun yang lalu..
“ami-chan, bagaimana kalau kita bermain petak umpet?”
“tidak mau,”
“kenapa?”
“Kau bilang rumahmu di sekitar sini. Tentu kau sangat mengenal daerah sini. Sedangkan aku?”
“tapi bukankah kau beberapa kali bermain di sini?”
“Tidak mau. Aku tidak suka bermain petak umpet,”
“kenapa?”
“aku tidak suka sendiri..”

“Takashi! Halooo..”
“Ah! What’s up, Kira?”
“Kau melamun?”
“Mm, hanya teringat sesuatu,”
“Mm-hmm.. liat itu! Rumah bercat putih itu adalah rumah Sinichi,”
“Yang berpagar hitam itu?”
“Benar. Ayah Sinichi adalah arsitek. Maka jangan heran kalau rumahnya bagus,”
“Rumahnya memang bagus. Terlihat asri dan nyaman,”
“Memang rumahnya sangat nyaman. Aku selalu betah bermain di sana. Apakah kau ingin mampir?”
“Tidak perlu. Sebaiknya kita segera pulang jika tidak ingin aku dimarahi ibuku,”
“Baiklah,” Kira mengayuh sepeda menjauhi kompleks rumah Sinichi. Sepanjang perjalanan pulang, Ayumi terus-menerus memikirkan kenapa kenangan masa lalunya muncul saat dia memasuki jalanan rumah Sinichi.
Hey, Takashi. Dimana rumahmu?”
“Lurus saja. Nanti ada rumah putih pagar hitam di pojokan, itulah rumahku,”
“Itu?”
“Benar.
Nah, kita sampai! Terima kasih telah menemaniku bersepeda. Arigatou gozaimasu,” ucap Ayumi sambil berojigi.
Iie. Kalau begitu aku pulang dulu. Daaah..”
Bye,”
Ayumi segera masuk ke halaman rumahnya. Dia meletakkan sepeda di garasi. Lalu melangkah ke halaman samping. Di sana ada sebuah pohon jambu yang rindang. Dengan mudah, Ayumi memanjat pohon itu dan duduk di salah satu dahannya.
--
“Ichi, sampai kapan kau duduk melamun di pohon seperti  itu? Lebih baik kau membantu ibu menyiram tanaman,”
“Memangnya sekarang jam berapa?”
“Sudah pukul 4pm. Ada apa?”
“Tak apa-apa,”
“Kalau begitu cepat bantu Ibu menyiram tanaman. Bukankah kau tidak suka hujan? Maka kau harus bersyukur karena hujan tidak turun dengan membantu Ibu menyiram tanaman,”
“Apa hubungannya, Ibu?”
“Sudah tidak usah cerewet. Cepat bantu ibu..”
--

-to be continue-

gimana-gimana ?
bagus ? jelek yaaaaaaaach ? :(
mm-hmm.. bagus ato nggak, saya lanjut nge-post part selanjutnya aja yaa
hehehehe *tidak tahu diri

No comments:

Post a Comment